
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Ilmu lahir karena manusia diberkahi Tuhan suatu sifat ingin tahu.
Keingintahuan seseorang tehadap pemasalahan disekelilingnya dapat menjurus
kepada keingintahuan ilmiah (Hamid, 2011). Pengetahuan
seseorang tentang masih banyaknya hal yang belum diketahui akan mendorong orang
yang bersangkutam untuk mencari tahu, akan mengembangkan kemampuan seseorang
dalam memahami dunia sekelilingnya. Proses mencari tahu atau proses mengetahui
pada hakikatnya merupakan suatu proses yang berlangsung sepanjang hayat
(Malamassam, 2009).
Rasa
ingin tahu manusia terbukti ketika terjadi suatu peristiwa baru di sekitarnya.
Manusia selalu ingin mengetahui sebab dan akibat (kausalitas) tentang terjadinya
peristiwa tersebut. Rasa ingin tahu tersebut akan berdampak positif bagi berkembangnya suatu ilmu pengetahuan
sehingga ilmu pengetahuan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Dalam
usahanya untuk memahami lingkungannya (memenuhi rasa ingin tahunya) manusia
menggunakan berbagai cara. Beberapa diantara cara tersebut adalah pengalaman,
penalaran, dan penelitian (Ardhana, 1987). Oleh karena itu, penelitian di era
ini bukanlah hal yang asing lagi. Telah banyak penelitian yang telah dilakukan
oleh para ilmuwan. Para ilmuwan tidak langsung puas begitu saja setelah
mendapatkan suatu ilmu pengetahuan baru dari hasil penelitiannya melainkan
terus berusaha mengembangkan penelitiannya tersebut dan menggali ilmu
pengetahuan yang belum diketahuinya.

Pengetahuan
yang benar dapat menunjang upaya-upaya perbaikan kualitas hidup manusia melalui
pendayagunaan sumberdaya yang ada secara benar dan bertanggung jawab. Kebenaran
suatu ilmu pengetahuan yang diterima oleh seseorang atau oleh sekelompok orang
akan tergantung pada sumbernya, cara atau prosedur memperolehnya, dan
penafsiran tehadap pengetahuan tersebut berdasarkan pengetahuan yang sudah
dimiliki sebelumnya (Malamassam, 2009).
Makna
dan manfaat sesuatu ilmu pengetahuan akan sangat tergantung pada orang yang
memahaminya (ilmuwan), kemampuan orang yang bersangkutan untuk mendayagunakan
ilmu pengetahuan itu, serta kemampuan dan kemauannya untuk mengembangkan ilmu
tersebut melalui penelitian yang berkelanjutan (Malamassam, 2009). Oleh karena itu perlu diketahui hakikat ilmu pengetahuan. Dengan
dipahaminya ilmu pengetahuan (ilmiah) maka
akan mempermudah memahami
penelitian dan hubungan antara ilmu
pengetahuan dan penelitian.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas, dapat dibuat rumusan masalah, yaitu:
1. bagaimanakah hakikat ilmu pengetahuan?
2. bagaimanakah hubungan ilmu pengetahuan dan
penelitian?
1.3 Tujuan
Berdasarkan
rumusan masalah di atas, maka tujuan pembuatan makalah ini adalah:
1. mengetahui hakikat ilmu pengetahuan.
2. memahami hubungan ilmu pengetahuan dan penelitian.

PEMBAHASAN
2.1 Hakikat Ilmu Pengetahuan
2.1.1 Pengertian Ilmu
Secara etimologi ilmu berasal dari Bahasa
Arab ilm yang berarti memahami,
mengerti, atau mengetahui. Dalam Bahasa Inggris ilmu biasanya dipadankan dengan
kata science. Dalam bahasa Indonesia
kata science (berasal dari bahasa
latin dari kata scio, scire yang
berarti tahu) umumnya diartikan Ilmu tapi sering juga diartikan dengan Ilmu
Pengetahuan, meskipun secara konseptual mengacu pada makna yang sama (Jujun,
1998:39). Dari pengertian yang terdapat dalam KBBI ilmu dapat diartikan sebagai
sebuah pengetahuan yang disusun dengan metode tertentu. Menurut para ahli definisi
ilmu adalah sebagai berikut.
(1)
Mohammad Hatta menyatakan bahwa ilmu adalah pengetahuan yang teratur
tentang pekerjaan hukum sebab-akibat dalam suatu golongan masalah yang sama
sifatnya, baik menurut kedudukannya (jika dilihat dari luar) maupun menurut
hubungannya (jika dilihat dari dalam).
(2)
M. Izuddin Taufiq, mengemukakan bahwa ilmu adalah
penelusuran data atau informasi melalui pengamatan, pengkajian dan eksperimen,
dengan tujuan menetapkan hakikat, landasan dasar ataupun asal usulnya.
(3)
Thomas Kuhn, ilmu adalah himpunan aktivitas yang menghasilkan
banyak penemuan, baik dalam bentuk penolakan maupun pengembangannya.
(4)
Dr. Maurice Bucaille ilmu adalah kunci untuk mengungkapkan segala
hal, baik dalam jangka waktu yang lama maupun sebentar.
(5)
Ns. Asmadi, ilmu merupakan sekumpulan pengetahuan yang padat dan proses
mengetahui melalui penyelidikan yang sistematis dan terkendali (metode ilmiah).

Menurut Dewey (1933) dalam Ardhana
(1987) hakikat ilmu terletak bukan pada simpulan yang dicapai. Melainkan pada
metode observai, eksperimentasi, dan penalaran matematikanya.
Menurut Hamid (2011), terdapat
persyaratan ilmiah yang harus dipenuhi agar pengetahuan dapat disebut sebagai
ilmu, yaitu:
(1)
objektif
berarti Ilmu harus memiliki objek kajian yang terdiri dari satu golongan
masalah yang sama sifat hakikatnya, tampak dari luar maupun bentuknya dari
dalam. Objeknya dapat bersifat ada, atau mungkin ada karena masih harus diuji
keberadaannya. Dalam mengkaji objek, yang dicari adalah kebenaran, yakni
persesuaian antara tahu dengan objek, sehingga disebut kebenaran objektif, bukan
subjektif berdasarkan subjek peneliti atau subjek penunjang penelitian.
(2)
metodis
merupakan upaya-upaya yang dilakukan untuk meminimalisasi kemungkinan
terjadinya penyimpangan dalam mencari kebenaran. Konsekuensinya, harus ada cara
tertentu untuk menjamin kepastian kebenaran. Metodis berasal dari bahasa Yunani
metodos yang berarti cara, jalan.
Secara umum metodis berarti metode tertentu yang digunakan dan umumnya merujuk
pada metode ilmiah.
(3) sistematis, dalam perjalanannya mencoba mengetahui dan
menjelaskan suatu objek, ilmu harus terurai dan terumuskan dalam hubungan yang
teratur dan logis sehingga membentuk suatu sistem yang berarti secara utuh,
menyeluruh, terpadu, dan mampu menjelaskan rangkaian sebab akibat menyangkut
objeknya.
(4) universal, kebenaran yang hendak dicapai adalah
kebenaran universal yang bersifat umum (tidak bersifat tertentu). Contoh: semua
segitiga bersudut 180º.
2.1.2 Pengertian Pengetahuan
Secara
etimologi, pengetahuan berasal dari Bahasa Inggris knowledge yang berarti pengetahuan. Berdasarkan The Encyclopedia of Phylosophy, Edward (1972)
dalam Hamid (2011), pengetahuan adalah kepercayaan yang benar (knowledge is justified true belief). Menurut Notoatmodjo (2007)
dalam Hamid (2011), pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini setelah orang
melakukan penginderaan terhadap obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui
panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa
dan raba. Sebagaian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan
telinga.
Menurut
Ali dan Asrori (2014: 7-8), pengetahuan (knowledge)
adalah kumpulan tentang segala sesuatu yang diketahui dan telah dimiliki oleh
manusia. Pengetahuan yang dimiliki oleh umat manusia adakalanya bersumber dari
pengalaman dan adakalanya dari pikiran. Pengetahuan bersumber dari pengalaman
meliputi semua hal yang dialami baik
oleh pancaindra, bahkan ada pula yang bersumber dari intuisi dan kata hati
(concience), meskipun pengetahuan yang berasal dari kedua macam sumber yang
disebutkan terakhir itu sulit untuk dipelajari. Adapun yang bersumber dari
pikiran adalah pengetahuan yang diperoleh melalui proses penalaran.
Menurut
Sangadji dan Sopiah (2010), ada 4 cara memperoleh pengetahuan yaitu pengalaman
pribadi, modus otorita, penalaran deduktif, dan penalaran induktif.
(1)
Pengalaman
pribadi
Ketika menghadapi suatu masalah,
manusia akan mencari solusi dengan belajar dari pengalaman masa lalunya.
Sebagai contoh, seorang ibu telah mempunyai pengalaman mengobati anaknya dengan
suatu ramuan tradisional tertentu saat sakit. Ketika suatu waktu anaknya sakit
kembali, maka ibu tersebut akan mengobati anaknya dengan ramuan yang sama.
(2) Modus otorita
Jika orang yang mempunyai wewenang
atau pengetahuan tertentu memberikan penjelasan, wajar orang lain mendengar dan
mempercayainya. Sebagai contoh, penjelasan seorang dokter tentang suatu
penyakit akan dipercaya pasiennya. Begitu pula, guru yang mengajar di kelas
akan dipercaya muridnya.
(3)
Penalaran
deduktif
Dimulai dari
hal-hal yang bersifat umum menuju hal yang khusus. Penalaran deduktif disebut
juga silogisme, dan digunakan untuk menguji suatu kesimpulan. Silogisme terdiri
atas 3 hubungan, yaitu: premis mayor, premis minor, dan kesimpulan. Sebagai
contoh, premis mayor: semua makhluk hidup akan mati. Premis minor: manusia
adalah makhluk hidup. Kesimpulan: semua manusia akan mati.
(4)
Penalaran
induktif
Dalam
penalaran induktif pencarian pengetahuan dimulai dengan observasi terhadap
hal-hal khusus atau fakta konkret menuju hal-hal yang umum.
2.1.3
Pengertian Ilmu Pengetahuan
Ilmu pengetahuan adalah kumpulan
dari pengalaman dan pengetahuan sejumlah orang yang kemudian dipadukan secara
harmonis dalam suatu bangunan yang teratur. Orang dapat mengambil manfaat
sebesar-besarnya dari ilmu pengetahuan justru oleh karena ilmu pengetahuan
disusun dari pengalaman-pengalaman dan pengetahuan yang sudah diuji
kebenarannya (Sutrisno, 2000).
Ilmu pengetahuan
dapat didefinisikan baik sebagai suatu hasanah pengetahuan yang
terorganisasikan maupun sebagai suatu metode dan sistem untuk menurunkan
kebenaran. Tujuan pokok ilmu pengetahuan adalah pengumpulan dan klasifikasi
pengalaman dan pensistemikan pengalaman tersebut ke dalam sejumlah kecil sistem
pengetahuan yang luas, yaitu melalui suatu kerangka kerja terstruktur.
Berdasarkan kerangka kerja inilah arti fenomena dapat dipahami (Ardhana, 1987).
Syarat Ilmu Pengetahuan sebagaimana pendapat Vardiansyah (2008) dalam bukunya
Filsafat Ilmu Komunikasi, bahwa ilmu pengetahuan ilmiah harus memenuhi tiga
syarat, yaitu:
(1)
sistematik, yaitu merupakan
kesatuan teori-teori yang tersusun sebagai suatu sistem.
(2)
objektif atau intersubjektif, yaitu teori tersebut terbuka untuk diteliti oleh orang
lain/ahli lain, sehingga hasil penelitian bersifat universal.
(3)
dapat dipertanggung jawabkan, yaitu mengandung kebenaran yang bersifat universal, dengan kata lain dapat
diterima oleh orang-orang lain atau ahli-ahli lain.
Van Meslen (1985), mengemukakan
beberapa ciri yang menandai ilmu pengetahuan yaitu: (1) ilmu pengetahuan
secara metodis harus mencapai suatu keseluruhan yang secara logis koheren,
berarti adanya sistem dalam penelitian (metode) maupun harus (susunan logis),
(2) ilmu pengetahuan tanpa pamrih, karena hal itu erat kaitannya dengan
tanggung jawab ilmuwan, (3) universalitas ilmu pengetahuan, (4)
objektivitas, artinya setiap ilmu terpimpin oleh objek dan tidak didistorsi
oleh prasangka-prasangka subjektif, (5) ilmu pengetahuan harus dapat
diverifikasi oleh semua peneliti ilmiah yang bersangkutan, karena itu ilmu
pengetahuan harus dapat dikomunikasikan, (6) progresivitas artinya suatu
jawaban ilmiah baru bersifat ilmiah sungguh-sungguh, bila mengandung
pertanyaan-pertanyaan baru dan menimbulkan problem-problem baru lagi, (7)
kritis, artinya tidak ada teori ilmiah yang definitif, setiap teori terbuka
bagi suatu peninjauan kritis yang memanfaatkan data-data baru, (8) ilmu
pengetahuan harus dapat digunakan sebagai perwujudan kebertautan antara teori
dengan praktis.
2.1.4
Hubungan
Ilmu (Science) dan Pengetahuan (Knowledge)
Ilmu berbeda dengan pengetahuan.
Semua ilmu adalah pengetahuan namun pengetahuan tidak selalu ilmu. Pengetahuan
memberikan kewenangan (authority) dan
komitmen (Suharto, dkk., 2003).
Ilmu (science) berhubungan dengan pengetahuan (knowledge). Setiap ilmu merupakan pengetahuan, namun tidak semua
pengetahuan adalah ilmu. Hal ini disebabkan karena adanya
pengetahuan-pengetahuan yang tidak ilmiah, misalnya mitos. Contohnya: mitos
orang Jawa tentang peristiwa terjadinya pelangi yang dikatakan sebagai tangga
menuju pemandian bagi dewi-dewi khayangan. Adapun hujan yang acapkali
rintik-rintik dikatakan sebagai air mata dewi-dewi tadi yang menangisi salah
seorang dewi yang tertinggal di bumi dan tidak bisa kembali ke khayangan karena
selendangnya diambil maling yang mengintip mereka sewaktu mandi. Kisah ini
merupakan pengetahuan tipe mitos yang tetap hidup dan bermanfaat, namun bukan
ilmu dan tidak ilmiah (Hamid, 2011).
Ketika menambah ilmu, pasti menambah
pengetahuan, tetapi jika menambah pengetahuan belum tentu menambah ilmu. Ilmu
akan bertambah apabila pengetahuan bertambah, dan pengetahuan akan menjadi
tidak berguna saat tidak mempunyai ilmu. Ilmu adalah hal yang didapat setelah
mengimplementasikan pengetahuan yang diterima. Ilmu adalah praktek dari
pengetahuan. Ilmu adalah sekumpulan pengetahuan atau fakta yang tersusun secara
logis dan sistematis dan dapat diukur serta diuji kebenarannya. Untuk
mendapatkan ilmu diperlukan pengetahuan, demikian juga untuk memperoleh
pengetahuan dibutuhkan juga ilmu. Jadi hubungan ilmu dan pengetahuan sangat
erat, karena antara ilmu dan pengetahuan sulit untuk dipisahkan (Hamid, 2011).
2.2
Hubungan Ilmu Pengetahuan dan Penelitian
2.2.1
Pengertian Penelitian
Penelitian
merupakan salah satu cara manusia menemukan kebenaran. Penelitian merupakan
suatu penyelidikan secara sistematik, terkontrol, empirik, dan kritis mengenai
proporsi hipotesis mengenai hubungan yang diperkirakan ada antara gejala-gejala
ilmiah (Ardhana, 1987).
Penelitian merupakan penyelidikan
sistematis terhadap masalah tertentu dengan menggunakan metode ilmiah dan
mengumpulkan bukti yang cukup representatifsebagi dasar utnuk menarik
kesimpulan. Peneliti menggunakan nalaran logis dan menghindari keraguan dalam
menarik kesimpulan. Penelitian adalah proses pemunculan masalah dan menemukan
atau menjawab masalah (Malhotra, 2006 dalam Sangadji dan Sopiah, 2010).
Penelitian
adalah pencarian atas sesuatu (inquiry) secara
sistematis dengan penekanan bahwa pencarian ini dilakukan terhadap
masalah-masalah yang dapat dipecahkan (Parsons, 1946 dalam
Hamid, 2011). Penelitian adalah suatu pencarian fakta
menurut metode objektif yang jelas untuk menemukan hubungan antar fakta dan
menghasilkan dalil atau hukum (John,
1949 dalam Hamid, 2011).
Hakikat penelitian adalah kegiatan
ilmiah untuk memperoleh pengetahuan yang benar tentang suatu masalah.
Pengetahuan yang diperoleh berupa fakta konsep generalisasi dan teori yang
memungkinkan manusia dsapat memahami fenomena dan memecahkan masalah yang
dihadapi (Sangadji dan Sopiah, 2010).
Menurut
kamus Webster’s new International,
penelitian adalah penyelidikan yang hati-hati dan kritis dalam mencari fakta
dan prinsip-prinsip, yaitu suatu
penyelidikan yang amat cerdik untuk menetapkan sesuatu. Menurut ilmuwan Hillway
(1956) dalam Hamid (2011) penelitian
tidak lain dari suatu metode studi yang dilakukan seseorang melalui
penyelidikan yang hati-hati sempurna terhadap suatu masalah, sehingga diperoleh
pemecahan yang tepat terhadap masalah tersebut. Whitney (1960) dalam Hamid
(2011) menyatakan bahwa disamping untuk memperoleh kebenaran, kerja menyelidik
harus pula dilakukan secara sungguh-sungguh dalam waktu yang lama. Dengan
demikian penelitian merupakan suatu metode untuk menemukan kebenaran, sehingga
penelitian juga merupakan metode berpikir secara kritis.
Berdasarkan definisi penelitian, maka nyata bahwa penelitian adalah suatu penyelidikan yang
terorganisasi. Penelitian dapat diartikan sebagai pencarian pengetahuan dan
pemberi artian yang terus menerus terhadap sesuatu. Penelitian juga merupakan
percobaan yang hati-hati dan kritis untuk menemukan sesuatu yang baru. Penelitian dengan menggunakan metode
ilmiah (scientific method) disebut
penelitian ilmiah (scientific research).
Dalam penelitian ilmiah ini selalu ditemukan dua unsur penting, yaitu unsur
observasi (pengamatan) dan unsur nalar (reasoning)
(Ostle, 1975 dalam Hamid, 2011). Unsur pengamatan merupakan kerja dengan mana
pengetahuan mengenai fakta-fakta tertentu diperoleh melalui kerja mata
(pengamatan) dengan menggunakan persepsi (sense
of perception) (Hamid,
2011).
Masalah yang akan dijawab melalui
penelitian disebut masalah penelitian. masalah peneltiian bisa disebebkan
banyak hal. Masalah muncul karena manusia mengalami kesulitan dalam hidup yaitu
adanya ketidaksesuaian atau kesenjangan antara yang diharapkan dengan kenyataan
yang aktual. Sebagai contoh, seorang mahasiswa yang tinggal ditempat kos setiap
bulan harus mengelola keuangannya serta menghadapi banyak kebutuhan sementara
jumlah dana yang dimilikki jumlahnya terbatas. Permasalahannya adalah cara
mengelola keuangan dengan baik agar semua kebutuhan dapat terpenuhi dengan dana
terbatas (Sangadji dan Sopiah, 2010).
Menurut Ardhana (1987), penelitian
memiliki tiga ciri pokok, yaitu:
(1)
penelitian
bersifat sistematik dan terkontrol, yang mendasarkan cara kerjanya pada metode
induktif dan deduktif.
(2)
penelitian
bersifat empirik, artinya dalam usaha menguji kesahihan, penelitian berpaling
pada pengalaman.
(3)
penelitian
bersifat mengoreksi diri sendiri, artinya metode ilmiah bukan saja telah
membangun mekanisme untuk melindungi peneliti dari kemungkinan membuat
kesalahan, sejauh ang bisa dilakukan manusia, akan tetapi prosedur dan
hasil-hasilnya selalu terbuka untuk diperiksa orang lain.
Sebagai
kesimpulan dapat dikatakan bahwa penelitian merupakan perpaduan antara
pengalaman dan penalaran dan harus dianggap sebagai pendekatan yang paling
berhasil dalam menemukan kebenaran, khususnya ilmu alamiah (Ardhana, 1987).
2.2.2
Hubungan Ilmu Pengetahuan dan Penelitian
Ilmu dan
penelitian mempunyai hubungan yang sangat erat. Menurut Almack (1930) dalam Hamid
(2011), hubungan antara ilmu dan penelitian adalah seperti hasil dan proses.
Penelitian adalah proses, sedangkan hasilnya adalah ilmu.
Penelitian merupakan suatu kegiatan
yang salah satu tujuannya adalah mengembangkan pengetahuan sedangkan ilmu
merupakan bagian pengetahuan yang mememnuhi kriteria tertentu yaitu rasional
dan teruji. Pengetahuan dikatakan rasional jika disusun menggunakan pikiran dan
pertimbangan yang logis dan masuk akal pengetahuan yang disusun dengan logika
tertentu sering disebut pengetahuan yang menggunakan penalaran. Karaktristik
pengetahuan rasional adalah menggunakan logika atau penalaran tertentu dalam
membuat kesimpulan (Berenson dan Colton, 2002 dalam Sangadji dan Sopiah, 2010).
Pengetahuan teruji adalah pengetahuan yang disusun berdasarkan fakta atau
fenomena. Fakta dapat berupa kejadian atau segala sesuatu yang dialami dalam
kehidupan nyata atau tertangkap oleh pengalaman hidup manusia (Malhotra, 2006
dalam Sangadji dan Sopiah, 2010).
Penelitian telah didefinisikan
sebagai pencarian secara sistematik, obyektif, dan cermat. Setiap kegiatan
sistematik dan terpelajar yang dirancang untuk meningkatkan ilmu pengetahuan
(Ardhana, 1987).

PENUTUP
3.1 Simpulan
Berdasarkan pembahasan dapat disimpulkan sebagai
berikut.
(1)
Ilmu pada hakikatnya adalah pengetahuan ilmiah. Hakikat ilmu
terletak bukan pada simpulan yang dicapai. Melainkan pada metode observai,
eksperimentasi, dan penalaran matematikanya.Tujuan
pokok ilmu pengetahuan adalah pengumpulan dan klasifikasi pengalaman dan
pensistemikan pengalaman tersebut ke dalam sejumlah kecil sistem pengetahuan
yang luas, yaitu melalui suatu kerangka kerja terstruktur. Berdasarkan kerangka
kerja inilah arti fenomena dapat dipahami.
(2)
penelitian
adalah suatu penyelidikan yang terorganisasi. Penelitian dapat diartikan
sebagai pencarian pengetahuan dan pemberi artian yang terus menerus terhadap
sesuatu. Penelitian juga merupakan percobaan yang hati-hati dan kritis untuk
menemukan sesuatu yang baru. Ilmu pengetahuan dan penelitian mempunyai hubungan yang sangat erat. Hubungan antara ilmu pengetahuan dan
penelitian adalah seperti hasil dan proses. Penelitian adalah proses, sedangkan
hasilnya adalah ilmu pengetahuan.
3.2 Saran
Saran yang diberikan penulis adalah sebagai berikut.
(1)
Mahasiswa
sebaiknya memahami terlebih dahulu hakikat ilmu pengetahuan sebelum melakukan
penelitian.
(2)
Mahasiswa
diharapkan mampu melaksanakan penelitian dengan baik.
(3)
Dibutuhkan kerjasama
yang baik antara mahasiswa dan dosen dalam melaksanakan penelitian.
![]() |

Ali,
Mohammad & Muhammad Asrori.2014. Metodologi
& Aplikasi Riset Pendidikan.Bandung: Bumi Aksara.
Ardhana,
Wayan. 1987. Bacaan Pilihan dalam Metode
Penelitian Pendidikan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan
Tenaga Kependidikan.
Basuki, Heru. 2006. Penelitian
Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu Kemanusiaan
dan Budaya.Jakarta: Tanpa Penerbit.
Dani,Vardiansyah.
Filsafat Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Jakarta: Indeks.
Hadi,
Sutrisno. 2000. Metodologi Research. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Hamid,
Sudihati. 2011. Modul Ilmu
Pengetahuan dan Penelitian Ilmu. (Online, http://gz316pdg.blogspot.com/2011/05/ilmu-pengetahuan-dan-penelitian-ilmiah.html).
Jujun
S, Suriasumantri. 1998. Filsafat Ilmu; Sebuah Pengantar Populer. Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan.
Malamassam,
Daud. 2009. Modul Pembelajaran Mata
Kuliah Metodologi Penelitian. Makassar: Program Studi Kehutanan, Fakultas
Kehutanan, Universitas Hasanuddin.
Sangadji,
Etta Mamang & Sopiah. 2010. Metode Penelitian. Pendekatan Praktis dalam
Penelitian. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Suharto,
Buana Girisuta, & Arry Miryanti. 2003. Perekayasaan Metodologi
Penelitian.Yogyakarta: Penerbit Andi.
Van
Meslen. 1985. Ilmu Pengetahuan dan Tanggung Jawab Kita. Jakarta:
Gramedia.
![]() |

PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Ilmu lahir karena manusia diberkahi Tuhan suatu sifat ingin tahu.
Keingintahuan seseorang tehadap pemasalahan disekelilingnya dapat menjurus
kepada keingintahuan ilmiah (Hamid, 2011). Pengetahuan
seseorang tentang masih banyaknya hal yang belum diketahui akan mendorong orang
yang bersangkutam untuk mencari tahu, akan mengembangkan kemampuan seseorang
dalam memahami dunia sekelilingnya. Proses mencari tahu atau proses mengetahui
pada hakikatnya merupakan suatu proses yang berlangsung sepanjang hayat
(Malamassam, 2009).
Rasa
ingin tahu manusia terbukti ketika terjadi suatu peristiwa baru di sekitarnya.
Manusia selalu ingin mengetahui sebab dan akibat (kausalitas) tentang terjadinya
peristiwa tersebut. Rasa ingin tahu tersebut akan berdampak positif bagi berkembangnya suatu ilmu pengetahuan
sehingga ilmu pengetahuan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Dalam
usahanya untuk memahami lingkungannya (memenuhi rasa ingin tahunya) manusia
menggunakan berbagai cara. Beberapa diantara cara tersebut adalah pengalaman,
penalaran, dan penelitian (Ardhana, 1987). Oleh karena itu, penelitian di era
ini bukanlah hal yang asing lagi. Telah banyak penelitian yang telah dilakukan
oleh para ilmuwan. Para ilmuwan tidak langsung puas begitu saja setelah
mendapatkan suatu ilmu pengetahuan baru dari hasil penelitiannya melainkan
terus berusaha mengembangkan penelitiannya tersebut dan menggali ilmu
pengetahuan yang belum diketahuinya.

Pengetahuan
yang benar dapat menunjang upaya-upaya perbaikan kualitas hidup manusia melalui
pendayagunaan sumberdaya yang ada secara benar dan bertanggung jawab. Kebenaran
suatu ilmu pengetahuan yang diterima oleh seseorang atau oleh sekelompok orang
akan tergantung pada sumbernya, cara atau prosedur memperolehnya, dan
penafsiran tehadap pengetahuan tersebut berdasarkan pengetahuan yang sudah
dimiliki sebelumnya (Malamassam, 2009).
Makna
dan manfaat sesuatu ilmu pengetahuan akan sangat tergantung pada orang yang
memahaminya (ilmuwan), kemampuan orang yang bersangkutan untuk mendayagunakan
ilmu pengetahuan itu, serta kemampuan dan kemauannya untuk mengembangkan ilmu
tersebut melalui penelitian yang berkelanjutan (Malamassam, 2009). Oleh karena itu perlu diketahui hakikat ilmu pengetahuan. Dengan
dipahaminya ilmu pengetahuan (ilmiah) maka
akan mempermudah memahami
penelitian dan hubungan antara ilmu
pengetahuan dan penelitian.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas, dapat dibuat rumusan masalah, yaitu:
1. bagaimanakah hakikat ilmu pengetahuan?
2. bagaimanakah hubungan ilmu pengetahuan dan
penelitian?
1.3 Tujuan
Berdasarkan
rumusan masalah di atas, maka tujuan pembuatan makalah ini adalah:
1. mengetahui hakikat ilmu pengetahuan.
2. memahami hubungan ilmu pengetahuan dan penelitian.

PEMBAHASAN
2.1 Hakikat Ilmu Pengetahuan
2.1.1 Pengertian Ilmu
Secara etimologi ilmu berasal dari Bahasa
Arab ilm yang berarti memahami,
mengerti, atau mengetahui. Dalam Bahasa Inggris ilmu biasanya dipadankan dengan
kata science. Dalam bahasa Indonesia
kata science (berasal dari bahasa
latin dari kata scio, scire yang
berarti tahu) umumnya diartikan Ilmu tapi sering juga diartikan dengan Ilmu
Pengetahuan, meskipun secara konseptual mengacu pada makna yang sama (Jujun,
1998:39). Dari pengertian yang terdapat dalam KBBI ilmu dapat diartikan sebagai
sebuah pengetahuan yang disusun dengan metode tertentu. Menurut para ahli definisi
ilmu adalah sebagai berikut.
(1)
Mohammad Hatta menyatakan bahwa ilmu adalah pengetahuan yang teratur
tentang pekerjaan hukum sebab-akibat dalam suatu golongan masalah yang sama
sifatnya, baik menurut kedudukannya (jika dilihat dari luar) maupun menurut
hubungannya (jika dilihat dari dalam).
(2)
M. Izuddin Taufiq, mengemukakan bahwa ilmu adalah
penelusuran data atau informasi melalui pengamatan, pengkajian dan eksperimen,
dengan tujuan menetapkan hakikat, landasan dasar ataupun asal usulnya.
(3)
Thomas Kuhn, ilmu adalah himpunan aktivitas yang menghasilkan
banyak penemuan, baik dalam bentuk penolakan maupun pengembangannya.
(4)
Dr. Maurice Bucaille ilmu adalah kunci untuk mengungkapkan segala
hal, baik dalam jangka waktu yang lama maupun sebentar.
(5)
Ns. Asmadi, ilmu merupakan sekumpulan pengetahuan yang padat dan proses
mengetahui melalui penyelidikan yang sistematis dan terkendali (metode ilmiah).

Menurut Dewey (1933) dalam Ardhana
(1987) hakikat ilmu terletak bukan pada simpulan yang dicapai. Melainkan pada
metode observai, eksperimentasi, dan penalaran matematikanya.
Menurut Hamid (2011), terdapat
persyaratan ilmiah yang harus dipenuhi agar pengetahuan dapat disebut sebagai
ilmu, yaitu:
(1)
objektif
berarti Ilmu harus memiliki objek kajian yang terdiri dari satu golongan
masalah yang sama sifat hakikatnya, tampak dari luar maupun bentuknya dari
dalam. Objeknya dapat bersifat ada, atau mungkin ada karena masih harus diuji
keberadaannya. Dalam mengkaji objek, yang dicari adalah kebenaran, yakni
persesuaian antara tahu dengan objek, sehingga disebut kebenaran objektif, bukan
subjektif berdasarkan subjek peneliti atau subjek penunjang penelitian.
(2)
metodis
merupakan upaya-upaya yang dilakukan untuk meminimalisasi kemungkinan
terjadinya penyimpangan dalam mencari kebenaran. Konsekuensinya, harus ada cara
tertentu untuk menjamin kepastian kebenaran. Metodis berasal dari bahasa Yunani
metodos yang berarti cara, jalan.
Secara umum metodis berarti metode tertentu yang digunakan dan umumnya merujuk
pada metode ilmiah.
(3) sistematis, dalam perjalanannya mencoba mengetahui dan
menjelaskan suatu objek, ilmu harus terurai dan terumuskan dalam hubungan yang
teratur dan logis sehingga membentuk suatu sistem yang berarti secara utuh,
menyeluruh, terpadu, dan mampu menjelaskan rangkaian sebab akibat menyangkut
objeknya.
(4) universal, kebenaran yang hendak dicapai adalah
kebenaran universal yang bersifat umum (tidak bersifat tertentu). Contoh: semua
segitiga bersudut 180º.
2.1.2 Pengertian Pengetahuan
Secara
etimologi, pengetahuan berasal dari Bahasa Inggris knowledge yang berarti pengetahuan. Berdasarkan The Encyclopedia of Phylosophy, Edward (1972)
dalam Hamid (2011), pengetahuan adalah kepercayaan yang benar (knowledge is justified true belief). Menurut Notoatmodjo (2007)
dalam Hamid (2011), pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini setelah orang
melakukan penginderaan terhadap obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui
panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa
dan raba. Sebagaian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan
telinga.
Menurut
Ali dan Asrori (2014: 7-8), pengetahuan (knowledge)
adalah kumpulan tentang segala sesuatu yang diketahui dan telah dimiliki oleh
manusia. Pengetahuan yang dimiliki oleh umat manusia adakalanya bersumber dari
pengalaman dan adakalanya dari pikiran. Pengetahuan bersumber dari pengalaman
meliputi semua hal yang dialami baik
oleh pancaindra, bahkan ada pula yang bersumber dari intuisi dan kata hati
(concience), meskipun pengetahuan yang berasal dari kedua macam sumber yang
disebutkan terakhir itu sulit untuk dipelajari. Adapun yang bersumber dari
pikiran adalah pengetahuan yang diperoleh melalui proses penalaran.
Menurut
Sangadji dan Sopiah (2010), ada 4 cara memperoleh pengetahuan yaitu pengalaman
pribadi, modus otorita, penalaran deduktif, dan penalaran induktif.
(1)
Pengalaman
pribadi
Ketika menghadapi suatu masalah,
manusia akan mencari solusi dengan belajar dari pengalaman masa lalunya.
Sebagai contoh, seorang ibu telah mempunyai pengalaman mengobati anaknya dengan
suatu ramuan tradisional tertentu saat sakit. Ketika suatu waktu anaknya sakit
kembali, maka ibu tersebut akan mengobati anaknya dengan ramuan yang sama.
(2) Modus otorita
Jika orang yang mempunyai wewenang
atau pengetahuan tertentu memberikan penjelasan, wajar orang lain mendengar dan
mempercayainya. Sebagai contoh, penjelasan seorang dokter tentang suatu
penyakit akan dipercaya pasiennya. Begitu pula, guru yang mengajar di kelas
akan dipercaya muridnya.
(3)
Penalaran
deduktif
Dimulai dari
hal-hal yang bersifat umum menuju hal yang khusus. Penalaran deduktif disebut
juga silogisme, dan digunakan untuk menguji suatu kesimpulan. Silogisme terdiri
atas 3 hubungan, yaitu: premis mayor, premis minor, dan kesimpulan. Sebagai
contoh, premis mayor: semua makhluk hidup akan mati. Premis minor: manusia
adalah makhluk hidup. Kesimpulan: semua manusia akan mati.
(4)
Penalaran
induktif
Dalam
penalaran induktif pencarian pengetahuan dimulai dengan observasi terhadap
hal-hal khusus atau fakta konkret menuju hal-hal yang umum.
2.1.3
Pengertian Ilmu Pengetahuan
Ilmu pengetahuan adalah kumpulan
dari pengalaman dan pengetahuan sejumlah orang yang kemudian dipadukan secara
harmonis dalam suatu bangunan yang teratur. Orang dapat mengambil manfaat
sebesar-besarnya dari ilmu pengetahuan justru oleh karena ilmu pengetahuan
disusun dari pengalaman-pengalaman dan pengetahuan yang sudah diuji
kebenarannya (Sutrisno, 2000).
Ilmu pengetahuan
dapat didefinisikan baik sebagai suatu hasanah pengetahuan yang
terorganisasikan maupun sebagai suatu metode dan sistem untuk menurunkan
kebenaran. Tujuan pokok ilmu pengetahuan adalah pengumpulan dan klasifikasi
pengalaman dan pensistemikan pengalaman tersebut ke dalam sejumlah kecil sistem
pengetahuan yang luas, yaitu melalui suatu kerangka kerja terstruktur.
Berdasarkan kerangka kerja inilah arti fenomena dapat dipahami (Ardhana, 1987).
Syarat Ilmu Pengetahuan sebagaimana pendapat Vardiansyah (2008) dalam bukunya
Filsafat Ilmu Komunikasi, bahwa ilmu pengetahuan ilmiah harus memenuhi tiga
syarat, yaitu:
(1)
sistematik, yaitu merupakan
kesatuan teori-teori yang tersusun sebagai suatu sistem.
(2)
objektif atau intersubjektif, yaitu teori tersebut terbuka untuk diteliti oleh orang
lain/ahli lain, sehingga hasil penelitian bersifat universal.
(3)
dapat dipertanggung jawabkan, yaitu mengandung kebenaran yang bersifat universal, dengan kata lain dapat
diterima oleh orang-orang lain atau ahli-ahli lain.
Van Meslen (1985), mengemukakan
beberapa ciri yang menandai ilmu pengetahuan yaitu: (1) ilmu pengetahuan
secara metodis harus mencapai suatu keseluruhan yang secara logis koheren,
berarti adanya sistem dalam penelitian (metode) maupun harus (susunan logis),
(2) ilmu pengetahuan tanpa pamrih, karena hal itu erat kaitannya dengan
tanggung jawab ilmuwan, (3) universalitas ilmu pengetahuan, (4)
objektivitas, artinya setiap ilmu terpimpin oleh objek dan tidak didistorsi
oleh prasangka-prasangka subjektif, (5) ilmu pengetahuan harus dapat
diverifikasi oleh semua peneliti ilmiah yang bersangkutan, karena itu ilmu
pengetahuan harus dapat dikomunikasikan, (6) progresivitas artinya suatu
jawaban ilmiah baru bersifat ilmiah sungguh-sungguh, bila mengandung
pertanyaan-pertanyaan baru dan menimbulkan problem-problem baru lagi, (7)
kritis, artinya tidak ada teori ilmiah yang definitif, setiap teori terbuka
bagi suatu peninjauan kritis yang memanfaatkan data-data baru, (8) ilmu
pengetahuan harus dapat digunakan sebagai perwujudan kebertautan antara teori
dengan praktis.
2.1.4
Hubungan
Ilmu (Science) dan Pengetahuan (Knowledge)
Ilmu berbeda dengan pengetahuan.
Semua ilmu adalah pengetahuan namun pengetahuan tidak selalu ilmu. Pengetahuan
memberikan kewenangan (authority) dan
komitmen (Suharto, dkk., 2003).
Ilmu (science) berhubungan dengan pengetahuan (knowledge). Setiap ilmu merupakan pengetahuan, namun tidak semua
pengetahuan adalah ilmu. Hal ini disebabkan karena adanya
pengetahuan-pengetahuan yang tidak ilmiah, misalnya mitos. Contohnya: mitos
orang Jawa tentang peristiwa terjadinya pelangi yang dikatakan sebagai tangga
menuju pemandian bagi dewi-dewi khayangan. Adapun hujan yang acapkali
rintik-rintik dikatakan sebagai air mata dewi-dewi tadi yang menangisi salah
seorang dewi yang tertinggal di bumi dan tidak bisa kembali ke khayangan karena
selendangnya diambil maling yang mengintip mereka sewaktu mandi. Kisah ini
merupakan pengetahuan tipe mitos yang tetap hidup dan bermanfaat, namun bukan
ilmu dan tidak ilmiah (Hamid, 2011).
Ketika menambah ilmu, pasti menambah
pengetahuan, tetapi jika menambah pengetahuan belum tentu menambah ilmu. Ilmu
akan bertambah apabila pengetahuan bertambah, dan pengetahuan akan menjadi
tidak berguna saat tidak mempunyai ilmu. Ilmu adalah hal yang didapat setelah
mengimplementasikan pengetahuan yang diterima. Ilmu adalah praktek dari
pengetahuan. Ilmu adalah sekumpulan pengetahuan atau fakta yang tersusun secara
logis dan sistematis dan dapat diukur serta diuji kebenarannya. Untuk
mendapatkan ilmu diperlukan pengetahuan, demikian juga untuk memperoleh
pengetahuan dibutuhkan juga ilmu. Jadi hubungan ilmu dan pengetahuan sangat
erat, karena antara ilmu dan pengetahuan sulit untuk dipisahkan (Hamid, 2011).
2.2
Hubungan Ilmu Pengetahuan dan Penelitian
2.2.1
Pengertian Penelitian
Penelitian
merupakan salah satu cara manusia menemukan kebenaran. Penelitian merupakan
suatu penyelidikan secara sistematik, terkontrol, empirik, dan kritis mengenai
proporsi hipotesis mengenai hubungan yang diperkirakan ada antara gejala-gejala
ilmiah (Ardhana, 1987).
Penelitian merupakan penyelidikan
sistematis terhadap masalah tertentu dengan menggunakan metode ilmiah dan
mengumpulkan bukti yang cukup representatifsebagi dasar utnuk menarik
kesimpulan. Peneliti menggunakan nalaran logis dan menghindari keraguan dalam
menarik kesimpulan. Penelitian adalah proses pemunculan masalah dan menemukan
atau menjawab masalah (Malhotra, 2006 dalam Sangadji dan Sopiah, 2010).
Penelitian
adalah pencarian atas sesuatu (inquiry) secara
sistematis dengan penekanan bahwa pencarian ini dilakukan terhadap
masalah-masalah yang dapat dipecahkan (Parsons, 1946 dalam
Hamid, 2011). Penelitian adalah suatu pencarian fakta
menurut metode objektif yang jelas untuk menemukan hubungan antar fakta dan
menghasilkan dalil atau hukum (John,
1949 dalam Hamid, 2011).
Hakikat penelitian adalah kegiatan
ilmiah untuk memperoleh pengetahuan yang benar tentang suatu masalah.
Pengetahuan yang diperoleh berupa fakta konsep generalisasi dan teori yang
memungkinkan manusia dsapat memahami fenomena dan memecahkan masalah yang
dihadapi (Sangadji dan Sopiah, 2010).
Menurut
kamus Webster’s new International,
penelitian adalah penyelidikan yang hati-hati dan kritis dalam mencari fakta
dan prinsip-prinsip, yaitu suatu
penyelidikan yang amat cerdik untuk menetapkan sesuatu. Menurut ilmuwan Hillway
(1956) dalam Hamid (2011) penelitian
tidak lain dari suatu metode studi yang dilakukan seseorang melalui
penyelidikan yang hati-hati sempurna terhadap suatu masalah, sehingga diperoleh
pemecahan yang tepat terhadap masalah tersebut. Whitney (1960) dalam Hamid
(2011) menyatakan bahwa disamping untuk memperoleh kebenaran, kerja menyelidik
harus pula dilakukan secara sungguh-sungguh dalam waktu yang lama. Dengan
demikian penelitian merupakan suatu metode untuk menemukan kebenaran, sehingga
penelitian juga merupakan metode berpikir secara kritis.
Berdasarkan definisi penelitian, maka nyata bahwa penelitian adalah suatu penyelidikan yang
terorganisasi. Penelitian dapat diartikan sebagai pencarian pengetahuan dan
pemberi artian yang terus menerus terhadap sesuatu. Penelitian juga merupakan
percobaan yang hati-hati dan kritis untuk menemukan sesuatu yang baru. Penelitian dengan menggunakan metode
ilmiah (scientific method) disebut
penelitian ilmiah (scientific research).
Dalam penelitian ilmiah ini selalu ditemukan dua unsur penting, yaitu unsur
observasi (pengamatan) dan unsur nalar (reasoning)
(Ostle, 1975 dalam Hamid, 2011). Unsur pengamatan merupakan kerja dengan mana
pengetahuan mengenai fakta-fakta tertentu diperoleh melalui kerja mata
(pengamatan) dengan menggunakan persepsi (sense
of perception) (Hamid,
2011).
Masalah yang akan dijawab melalui
penelitian disebut masalah penelitian. masalah peneltiian bisa disebebkan
banyak hal. Masalah muncul karena manusia mengalami kesulitan dalam hidup yaitu
adanya ketidaksesuaian atau kesenjangan antara yang diharapkan dengan kenyataan
yang aktual. Sebagai contoh, seorang mahasiswa yang tinggal ditempat kos setiap
bulan harus mengelola keuangannya serta menghadapi banyak kebutuhan sementara
jumlah dana yang dimilikki jumlahnya terbatas. Permasalahannya adalah cara
mengelola keuangan dengan baik agar semua kebutuhan dapat terpenuhi dengan dana
terbatas (Sangadji dan Sopiah, 2010).
Menurut Ardhana (1987), penelitian
memiliki tiga ciri pokok, yaitu:
(1)
penelitian
bersifat sistematik dan terkontrol, yang mendasarkan cara kerjanya pada metode
induktif dan deduktif.
(2)
penelitian
bersifat empirik, artinya dalam usaha menguji kesahihan, penelitian berpaling
pada pengalaman.
(3)
penelitian
bersifat mengoreksi diri sendiri, artinya metode ilmiah bukan saja telah
membangun mekanisme untuk melindungi peneliti dari kemungkinan membuat
kesalahan, sejauh ang bisa dilakukan manusia, akan tetapi prosedur dan
hasil-hasilnya selalu terbuka untuk diperiksa orang lain.
Sebagai
kesimpulan dapat dikatakan bahwa penelitian merupakan perpaduan antara
pengalaman dan penalaran dan harus dianggap sebagai pendekatan yang paling
berhasil dalam menemukan kebenaran, khususnya ilmu alamiah (Ardhana, 1987).
2.2.2
Hubungan Ilmu Pengetahuan dan Penelitian
Ilmu dan
penelitian mempunyai hubungan yang sangat erat. Menurut Almack (1930) dalam Hamid
(2011), hubungan antara ilmu dan penelitian adalah seperti hasil dan proses.
Penelitian adalah proses, sedangkan hasilnya adalah ilmu.
Penelitian merupakan suatu kegiatan
yang salah satu tujuannya adalah mengembangkan pengetahuan sedangkan ilmu
merupakan bagian pengetahuan yang mememnuhi kriteria tertentu yaitu rasional
dan teruji. Pengetahuan dikatakan rasional jika disusun menggunakan pikiran dan
pertimbangan yang logis dan masuk akal pengetahuan yang disusun dengan logika
tertentu sering disebut pengetahuan yang menggunakan penalaran. Karaktristik
pengetahuan rasional adalah menggunakan logika atau penalaran tertentu dalam
membuat kesimpulan (Berenson dan Colton, 2002 dalam Sangadji dan Sopiah, 2010).
Pengetahuan teruji adalah pengetahuan yang disusun berdasarkan fakta atau
fenomena. Fakta dapat berupa kejadian atau segala sesuatu yang dialami dalam
kehidupan nyata atau tertangkap oleh pengalaman hidup manusia (Malhotra, 2006
dalam Sangadji dan Sopiah, 2010).
Penelitian telah didefinisikan
sebagai pencarian secara sistematik, obyektif, dan cermat. Setiap kegiatan
sistematik dan terpelajar yang dirancang untuk meningkatkan ilmu pengetahuan
(Ardhana, 1987).

PENUTUP
3.1 Simpulan
Berdasarkan pembahasan dapat disimpulkan sebagai
berikut.
(1)
Ilmu pada hakikatnya adalah pengetahuan ilmiah. Hakikat ilmu
terletak bukan pada simpulan yang dicapai. Melainkan pada metode observai,
eksperimentasi, dan penalaran matematikanya.Tujuan
pokok ilmu pengetahuan adalah pengumpulan dan klasifikasi pengalaman dan
pensistemikan pengalaman tersebut ke dalam sejumlah kecil sistem pengetahuan
yang luas, yaitu melalui suatu kerangka kerja terstruktur. Berdasarkan kerangka
kerja inilah arti fenomena dapat dipahami.
(2)
penelitian
adalah suatu penyelidikan yang terorganisasi. Penelitian dapat diartikan
sebagai pencarian pengetahuan dan pemberi artian yang terus menerus terhadap
sesuatu. Penelitian juga merupakan percobaan yang hati-hati dan kritis untuk
menemukan sesuatu yang baru. Ilmu pengetahuan dan penelitian mempunyai hubungan yang sangat erat. Hubungan antara ilmu pengetahuan dan
penelitian adalah seperti hasil dan proses. Penelitian adalah proses, sedangkan
hasilnya adalah ilmu pengetahuan.
3.2 Saran
Saran yang diberikan penulis adalah sebagai berikut.
(1)
Mahasiswa
sebaiknya memahami terlebih dahulu hakikat ilmu pengetahuan sebelum melakukan
penelitian.
(2)
Mahasiswa
diharapkan mampu melaksanakan penelitian dengan baik.
(3)
Dibutuhkan kerjasama
yang baik antara mahasiswa dan dosen dalam melaksanakan penelitian.
![]() |

Ali,
Mohammad & Muhammad Asrori.2014. Metodologi
& Aplikasi Riset Pendidikan.Bandung: Bumi Aksara.
Ardhana,
Wayan. 1987. Bacaan Pilihan dalam Metode
Penelitian Pendidikan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan
Tenaga Kependidikan.
Basuki, Heru. 2006. Penelitian
Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu Kemanusiaan
dan Budaya.Jakarta: Tanpa Penerbit.
Dani,Vardiansyah.
Filsafat Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Jakarta: Indeks.
Hadi,
Sutrisno. 2000. Metodologi Research. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Hamid,
Sudihati. 2011. Modul Ilmu
Pengetahuan dan Penelitian Ilmu. (Online, http://gz316pdg.blogspot.com/2011/05/ilmu-pengetahuan-dan-penelitian-ilmiah.html).
Jujun
S, Suriasumantri. 1998. Filsafat Ilmu; Sebuah Pengantar Populer. Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan.
Malamassam,
Daud. 2009. Modul Pembelajaran Mata
Kuliah Metodologi Penelitian. Makassar: Program Studi Kehutanan, Fakultas
Kehutanan, Universitas Hasanuddin.
Sangadji,
Etta Mamang & Sopiah. 2010. Metode Penelitian. Pendekatan Praktis dalam
Penelitian. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Suharto,
Buana Girisuta, & Arry Miryanti. 2003. Perekayasaan Metodologi
Penelitian.Yogyakarta: Penerbit Andi.
Van
Meslen. 1985. Ilmu Pengetahuan dan Tanggung Jawab Kita. Jakarta:
Gramedia.
![]() |