PEMANFAATAN URIN SAPI SEBAGAI PESTISIDA RAMAH LINGKUNGAN
MAKALAH
Untuk memenuhi tugas matakuliah
Bahasa Indonesia Keilmuan
oleh
Amien Fadli
140341603277
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
September, 2014
1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Saat ini, kondisi lahan
pertanian di Indonesia sudah kritis akibat penggunaan pestisida kimia oleh
petani. Petani hanya berfikir cara untuk mengatasi hama yang menyerang tanaman.
Petani mengabaikan akibat penggunaan pestisida kimia terhadap lingkungan di
sekitar.
Pestisida kimia menyebabkan
kerusakan pada struktur tanah dan organisme yang berada di dalam tanah. Tidak
semua organisme di dalam tanah merusak tanaman, banyak organisme yang membantu
pertumbuhan tanaman dan menjaga kondisi tanah. Mcleod (2004:1) mengatakan
“Organisme tanah dapat menguntungkan petani karena mereka memperbaiki kesuburan
tanah dan dapat membantu ketersediaan hara bagi tanaman dan membantu
pengendalian hama penyakit.” Akibat
pengunaaan pestisida kimia, lingkungan menjadi tercemar dan keseimbangan
ekosistem terganggu, sehingga penggunaan pestisida kimia akan merusak tanaman
itu sendiri.
Selain itu, penggunaan pestisida
bisa juga membuat hama menjadi resinten terhadap pestisida kimia, sehingga memacu
petani untuk mengunakan pestisida dalam konsentrasi yang lebih agar hama yang menyerang
tanaman dapat teratasi. Ini akan memicu
penumpukan zat kimia di lahan pertanian yang membuat lahan semakin tercemar dan
semakin sulit untuk ditanami tanaman.
Kerusakan lahan menyebabkan
dampak buruk bagi kehidupan, sehingga perlu adanya solusi alternatif yang bisa
digunakan agar kerusakan lahan yang disebabkan oleh penggunaan pestisida kimia
bisa dikurangi. Salah satu solusinya adalah penggunaan pupuk dan pestisida
organik. Karena pupuk dan pestisida organik mudah terurai oleh bakteri yang ada
sehingga tidak mencemari lingkungan. Roidah (2013:32) menyebutkan “Kandungan
unsur hara dalam pupuk kandang tidak terlalu tinggi, tetapi jenis pupuk ini
mempunyai lain yaitu dapat memperbaiki sifat fisik tanah seperti permeabilitas
tanah, porositas tanah, struktur tanah, daya menahan air dan kation – kation
tanah.”
Petani yang hidup di pedesaan
biasanya sambil bertani petani juga berternak, petani bertenak ayam, kambing,
sapi ataupun hewan ternak lainnya. Limbah dari ternak petani hanya digunakan
sebagai pupuk kandang. Petani tidak memanfaatkan limbah dari ternak untuk hal
yang lebih. Padahal limbah tersebut dapat diolah menjadi biogas, pupuk cair,
dan bahkan bisa diolah menjadi pestisida ramah lingkungan yang mampu menggantikan
fungsi dari pestisida kimia yang berbahaya bagi lingkungan.
Urine sapi merupakan sisa
ekresi dari metabolisme yang dilakukan oleh sapi, urine sapi hanya dibiarkan
terbuang dengan percuma oleh para petani. Petani hanya menampung kotoran dari sapi untuk
dimanfaatkan sebagai pupuk kandang. Murniyati dan Safriani (2012:10)
menyebutkan “Urine sapi dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik cair karena
kandungan zat hara pada urine sapi, terutama kandungan nitrogen, fosfor,
kalium, dan air lebih banyak.” Berdasarkan fakta tersebut maka urine sapi layak
dimanfaatkan untuk pupuk cair bagi tanaman para petani.
Selain sebagai pupuk cair, urine
sapi dapat dimanfaatkan sebagai pestisida pembasmi hama pada tanaman. Marlina
(2012) menyebutkan “sampai saat ini hanya urine sapi yang diketahui berkhasiat
sebagai pestisida”. Urine sapi dapat dimanfaatkan sebagai pestisida ramah lingkungan
karena mengandung unsur yang mampu mengusir dan membunuh hama tanaman yang
menyerang tanaman para petani.
Dari segi ekonomi, harga pestisida kimia cukup
sulit dijangkau oleh petani yang mayoritas dari golongan masyarakat menengah ke
bawah, sehingga pembuatan pestisida dari urine sapi ini akan mampu menekan
biaya perawatan tanaman mereka dan hasil panen pun tetap melimpah ruah. Dengan
menggunakan urine sapi sebagai pestisida dan pupuk organic. Selain bisa
mengurangi limbah di kandang, hal ini juga bisa mengurangi kerusakan lahan
pertanian yang terjadi.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarakan latar belakang
yang di jelaskan, maka dapat diambil rumusan masalah :
1.
Apa kandungan urine sapi
sehinga bisa dimanfaatkan menjadi pupuk dan pestisida organik?
2.
Bagaimana pengolahan urine
sapi sehingga bisa dijadikan pupuk dan pestisida organik?
3.
Bagaimana penggunaan
pestisida dan pupuk organik dari urin sapi?
4.
Apa kelebihan dan kekurangan
urine sapi sebagai pupuk dan pestisida organik?
2.
PEMBAHASAN
2.1 Kandungan Urine
Sapi Sehinga Bisa Dimanfaatkan Menjadi Pupuk Dan Pestisida Organik
Urine sapi sebagai limbah
kandang, selama ini terbuang percuma tanpa ada pemanfaatan yang berarti.
Murniyati dan Safriani (2012:10) menyebutkan “Urine sapi dapat dimanfaatkan
sebagai pupuk organik cair karena kandungan zat hara pada urine sapi, terutama kandungan
nitrogen, fosfor, kalium, dan air lebih banyak.” Zat zat seperti nitrogen,
fosfor, dan kalium adalah unsur makro yang diperlukan bagi pertumbuhan tanaman.
Table 1. Jenis dan kandungan zat hara pada beberapa kotoran
ternak padat dan cair
Nama ternak dan bentuk kotorannya
|
Nitrogen
(%)
|
Fosfor (%)
|
Kalium (%)
|
Air (%)
|
Kuda
–padat
|
0.55
|
0.30
|
0.40
|
75
|
Kuda
–cair
|
1.40
|
0.02
|
1.60
|
90
|
Kerbau
–padat
|
0.60
|
0.30
|
0.34
|
85
|
Kerbau
–cair
|
1.00
|
0.15
|
1.50
|
92
|
Sapi
–padat
|
0.40
|
0.20
|
0.10
|
85
|
Sapi
–cair
|
1.00
|
0.50
|
1.50
|
92
|
Kambing
–padat
|
0.60
|
0.30
|
0.17
|
60
|
Kambing
–cair
|
1.50
|
0.13
|
1.80
|
85
|
Domba
–padat
|
0.75
|
0.50
|
0.45
|
60
|
Domba
–cair
|
1.35
|
0.05
|
2.10
|
85
|
Babi
– padat
|
0.95
|
0.35
|
0.40
|
80
|
Babi
–cair
|
0.40
|
0.10
|
0.45
|
87
|
Ayam
–padat dan cair
|
1.00
|
0.80
|
0.40
|
55
|
Sumber : Lingga, 1991
Berdasarkan tabel 1 tampak bahwa kandungan zat
hara pada urin sapi, terutama jumlah kandungan nitrogen, fosfor, kalium, dan
air lebih banyak jika dibandingkan dengan kotoran sapi padat yang telah lebih
banyak dimanfaatkan sebagai pupuk organik. Selain itu banyak penelitian,
diantaranya adalah Anty (1987) yang melaporkan bahwa urine sapi mengandung zat
perangsang tumbuh yang dapat digunakan sebagai pengatur tumbuh diantaranya
adalah IAA. Karena baunya yang khas urine ternak juga dapat mencegah datangnya
berbagai hama tanaman sehingga urine sapi juga dapat berfungsi sebagai
pengendalian hama tanaman dari serangan (Phrimantoro, 1995). Marliana (2012:143) menyebutkan
“Kandungan unsur hara pada urine sapi yaitu 0,52 % N, 0,01 % P, dan 0,56 % K.
Urine ternak terdiri 90 – 95% air dan sisanya berupa bahan padatan.”
Nitrogen adalah salah satu unsur
makro dalam tanah yang berfungsi bagi kesuburan tanaman. fungsi nitrogen bagi
tanaman sebagai berikut :
(1) Diperlukan untuk pembentukan atau pertumbuhan bagian
vegetatif tanaman, seperti daun, batang dan akar.
(2) Berperan penting dalam hal pembentukan hijau daun yang
berguna sekali dalam proses fotosintesis.
(3) Membentuk protein, lemak dan berbagai persenyawaan
organik.
(4) Meningkatkan mutu tanaman penghasil daun-daunan.
(5) Meningkatkan perkembangbiakan mikro-organisme di dalam
tanah.
Fosfor (P) dalam tanah
merupakan unsur hara yang tidak mobil, sebagian besar terikat oleh partikel
tanah, sebagian sebagai fosfor organik dan hanya sedikit dalam bentuk anorganik
yang tersedia bagi tanaman. Pada tanah sawah ketersediaan P meningkat setelah
penggenangan. Hal ini disebabkan karena penggenangan membantu terjadinya proses
reduksi feri fosfat menjadi fero fosfat, hidrolisis aluminium fosfat,
peningkatan kelarutan kalsium fosfat dan netralnya reaksi tanah. Dalam tanaman,
P merupakan unsur penting penyusun adenosin triphosphate (ATP) yang secara
langsung berperan dalam proses penyimpanan dan transfer energi yang terkait
dalam proses metabolisme tanaman (Dobermann dan Fairhurst, 2000). Hara P sangat
diperlukan tanaman padi terutama pada saat awal pertumbuhan. Pada fase
pertumbuhan tanaman tersebut, P berfungsi memacu pembentukan akar dan
penambahan jumlah anakan, Disamping itu,
P juga berfungsi mempercepat pembungaan dan pemasakan gabah.
Kalium (K) merupakan unsur
ketiga yang penting setelah N dan P. Kalium berfungsi antara lain untuk
meningkatkan proses fotosintesis, mengefisienkan penggunaan air, mempertahankan
turgor, membentuk batang yang lebih kuat, sebagai aktivator bermacam sistem
enzim, memperkuat perakaran sehingga tanaman lebih tahan rebah dan meningkatkan
ketahanan tanaman terhadap penyakit.
Kandungan unsur hara pada urine sapi
selain bisa digunakan sebagai pupuk, dapat juga dimanfaatkan untuk pestisida
organik, urin sapi dicampur bahan alami tambahan lain lalu difermentasikan agar
bisa dijadikan pestisida organik. Urine sapi, kerbau atau kambing mempunyai
sifat anti bakteri dan jamur. Untuk
mengendalikan cendawan, kudis pada tanaman tomat dan kentang dapat menggunakan
urine sebagai pestisida organik. Selain
itu, urine dapat dipakai untuk penolak rayap.
Dibandingkan urine dari binatang pemakan daging, urine binatang pemakan
tumbuhan lebih baik karena kadar urea, CO(NH2)2 lebih rendah.
2.2 Pengolahan Urine Sapi
Sehingga Bisa Dijadikan Pupuk Dan Pestisida Organik
Urine sapi dapat dijadikan dan dimanfaatkan
sebagai pupuk dan pestisida organik dengan cara memprosesnya melalui proses
fermentasi. Fermentasi merupakan aktivitas mikroorganisme baik aerob
maupun anaerob yang mampu mengubah atau mentransformasikan senyawa kimia ke
subtrat organik (Rahman,1989). Selanjutnya Winarno (1990) mengemukan bahwa
fermentasi dapat terjadi karena ada aktivitas mikroorganisme penyebab
fermentasi pada subtrat organik yang sesuai, proses ini dapat menyebabkan perubahan sifat
bahan yang difermentasikan.
Fermentasi merupakan proses pemecahan senyawa
organik menjadi senyawa sederhana yang melibatkan mikroorganisme. Fermentasi
merupakan segala macam proses metabolisme (enzim, jasad renik secara oksidasi,
reduksi, hidrolisa, atau reaksi kimia lainnya) yang melakukan perubahan kimia
pada suatu subsrat organik dengan menghasilkan produk akhir.
Prinsip dari fermentasi ini adalah bahan limbah
organik dihancurkan
oleh mikroba dalam kisaran temperatur dan kondisi
tertentu yaitu fermentasi. Studi tentang jenis bakteri yang respon untuk
fermentasi telah dimulai sejak tahun
1892 sampai sekarang. Ada dua tipe bakteri yang terlibat yaitu bakteri
fakultatif yang mengkonversi selulosa menjadi glukosa selama proses dekomposisi
awal dan bakteri obligate yang respon dalam proses dekomposisi akhir dari bahan
organik yang menghasilkan bahan yang sangat berguna dan alternatif energi
pedesaaan (Joo, 1990).
Wibowo (1989) menyatakan bahwa fermentasi sering
didefinisikan sebagai proses pemecahan karbohidrat dan asam amino secara
anaerobik yaitu tanpa memerlukan oksigen. Karbohidrat terlebih dahulu akan
dipecah menjadi unit - unit glukosa dengan bantuan enzim amilase dan enzim glukosidose,
dengan adanya kedua enzim tersebut maka pati akan segera terdegradasi menjadi
glukosa, kemudian glukosa tersebut oleh khamir akan diubah menjadi
alkhohol.
Berdasarkan hasil pengamatan pada urine yang belum
difermentasi
dan urine yang sudah difermentasi terdapat
perbedaan kandungan diantara keduanya. Kandungan nitrogen pada saat sebelum
difermentasi yang memiliki kandungan unsur hara N, P, K adalah 1,1; 0,5; 0,9
dan saat urine setelah difermentasi terjadi peningkatan kandungan jumlah unsur
hara N, P, K,menjadi 2,7; 2,4; 3,8.
Pada proses
fermentasi urine terdapat kelebihan jika dibandingkan dengan urine yang tidak
difermentasi, yaitu meningkatkan kandungan hara yang terdapat pada urine
tersebut yang dapat menyuburkan tanaman. Selain itu, bau urine yang telah
difermentasi menjadi kurang menyengat jika dibandingkan dengan bau urine yang
belum difermentasi.
Akan tetapi fermentasi urin sebagai pupuk organik
cair yang dilakukan oleh bakteri ternyata juga terdapat beberapa kelemahan,
diantaranya :
a) Tidak semua N diubah menjadi bentuk yang mudah
dihisap akan tetapi
dipergunakan oleh bakteri-bakteri itu sendiri untuk keperluan
hidupnya.
b) Dapat terjadi perubahan-perubahan yang merugikan
dimana N menguap.
Di dalam pupuk cair N terdapat sebagai ureum CO(NH
dan asam urine. Yang terpenting dan mempunyai nilai pemupukan tertinggi adalah
ureum karena N yang sangat tinggi (48 %). Banyak terdapat dalam air kencing
sangat mudah dan cepat dirubah oleh bakteri-bakteri menjadi amonium karbonat.
2.2.1 Pembuatan Pupuk Organik
dari Urine Sapi
a) Alat:
1) ember/drum,
2) plastik,
3) karet/pengikat.
b) Bahan:
1) urine sapi (kencing sapi) 20 liter,
2) jahe 1/2 kg,
3) lengkuas 1/2 kg,
4) kunyit 1/2 kg,
5) temu ireng 1/2 kg,
6) temulawak 1/2 kg,
7) kencur 1/2 kg,
8) gula merah 1 kg,
9) rendaman kedelei 1 gelas atau urea 1 sendok makan,
10) em4 100 ml (starter).
Bahan – bahan jahe, lengkuas,
kunyit, temu ireng, temulawak dan kencur (empon-empon) berfungsi untuk
menghilangkan bau urine sapi dan memberi rasa yang tidak disukai hama tanaman.
Gula berguna dalam proses fermentasi dan menyuburkan mikroorhanisme yang ada
didalam tanah, Urea dan rendaman kedelai berfungsi untuk memperkaya unsur hara
yang terdapat dalam pupuk cair serta menyuburkan mikroorganisme. Serta EM 4
sebagai starternya.
Ø
Cara pembuatan:
Empon-empon dihaluskan dan
dimasak sampai mendidih. Setelah dingin dicampur dengan semua bahan yang lain
didalam ember atau drum plastik, yang perlu dingat pengisian jangan sampai
penuh. Lalu ditutup rapat dan didiamkan selama 3 minggu. Setiap hari 2 kali
atau tiap pagi dan sore tutup dibuka untuk membuang gas yang dihasilkan atau
boleh menggunakan aerator untuk mempercepat proses penguapan gas.
Pupuk cair yang telah jadi,
dapat langsung digunakan yaitu : 1 liter pupuk cair urine sapi dicampur 10
liter air lalu disemprotkan ke tanaman.
Pabila pupuk cair urine sapi
ini disimpan paling baik selama 12 hari dan harus tertutup rapat agar kadar
nitrogen dalam urine tidak banyak keluar (Margono, 2013).
2.2.2 Pembuatan Pestisida
Dari Urine Sapi
Untuk membuat obat pembasmi
hama (pestisida) perlu bahan bahan berikut :
a) Bahan
1) 30 liter air kencing sapi
2) 20 liter air cucian beras (leri)
3) 15 liter air kelapa
4) 5 kg gula merah
5) 3 kg kencur
6) 0,5 kg kunyit
7) 1 kg temu lawak
b) Cara membuat :
Gula merah + kencur + kunyit + temulawak dihaluskan, dengan cara di blander atau di tumbuk
sampai halus. Bahan – bahan kencur, kunyit, dan temulawak (empon-empon) berfungsi untuk
menghilangkan bau urine sapi dan memberi rasa yang tidak disukai hama tanaman.
Gula berguna dalam proses fermentasi dan menyuburkan mikroorhanisme yang ada
didalam tanah, Semua bahan dimasukkan dalam tong plastic kemudian diaduk sampai
rata dan tong tersebut ditutup. Setiap dua hari sekali tutup tong dibuka dan
diaduk hingga merata dan sampai hari ke 20 atau 25 sudah jadi dan berbau tape.
Pestisida siap diaplikasikan ke tanaman (Santosa, 2012).
2.3 Penggunaan Pestisida Dan Pupuk Organik Urin Sapi
Dosis pemakaian pupuk organik
dari urine sapi tergantung pada jenis tanaman yang ditanam. Pupuk cair urine
sapi ini dapat digunakan pada berbagai tanaman misalnya: tanaman pangan (padi),
palawija dan sayuran, hortikultura (cabai, jeruk), dan bisa juga pada bibit /
benih tanaman.
Pada tanaman padi
penyemprotan dilakukan pada umur 14-21 hari setelah tanam, 25-30 hari setelah
tanam dan pada fase primordia (45 hari setelah tanam) saat sudah ada satu
tanaman yang mengeluarkan bunga. Pada tanaman hortikultura penyemprotan
dilakukan pada umur 14-21 hari setelah tanam (terdapat 3-4 helai daun) dan pada
saat pembentukan bunga. Untuk benih/ biji direndam selama semalam sedangkan
untuk bibit perendaman selama maksimal 10 menit (Margono, 2013)
Untuk pengaplikasian pestisida dari urin sapi dilakukan dengan cara disemprotkan pada
tanaman yang terserang penyakit tungro atau bercak cokelat tanpa harus
diencerkan cerlebih dahulu (Santosa, 2012).
2.4 Kelebihan Dan Kekurangan
Urine Sapi Sebagai Pupuk Dan Pestisida Organik
Tanaman sayuran dan hortikultura setelah diberi pupuk
cair dari urine sapi menjadi lebih subur, daunnya kelihatan segar dan hijai
serta ulat yang mengghinggapinya menghilang. Manfaat lain penggunaan pupuk cair
urine sapi yaitu: meningkatkan kesuburan tanah, memperbaiki struktur dan
karakteristik tanah, meningkatkan kapasitas serap air tanah, meningkatkan
aktifitas mikroba tanah, meningkatkan kualitas hasil panen (rasa, nilai gizi,
jumlah), menyediakan hormon dan vitamin bagi tanaman, menekan
pertumbuhan/serangan penyakit tanaman, dan meningkatkan retensi/ketersediaan
hara dalam tanah (Margono, 2013).
Adapun kelebihan pestisida urine sapi adalah bisa menekan
biaya perawatan tanaman dan bisa memaksimalkan limbah yang tidak digunakan.
Selain itu, pestisida dari urine sapi juga aman dan tidak mencemari lingkungan.
Menurut Sudiro
(2010:10) selain mempunyai kelebihan, pupuk organik dan pestisida
dari urine sapi ini mempunyai kekurangan, Walaupun pupuk organik cair dari urin sapi merupakan pupuk yang ramah
lingkungan karena berasal dari senyawa organik yang dapat diuraikan oleh
mikroorganisme, tetapi penggunaan pupuk organik cair ini masih memiliki kendala
karena memiliki kandungan hara makro dan mikro rendah sehingga harus diberikan
dalam jumlah yang banyak.
Meskipun kandungan unsur hara yang dimiliki oleh
urine sapi bermacam-macam jenisnya akan tetapi jumlah kuantitas unsur hara yang dimiliki masih kalah jika
dibandingkan dengan pupuk kimia buatan. Selain itu baunya yang menyengat juga
membuat orang enggan untuk mengelola serta menggunakannya.. sedangkan pestisida
dari urin sapi ini hanya bia digunakan untuk hama hama tertentu, seperti hama
tungro, bercak daun, dan lain lain (Andoko, 2011)
3. PENUTUP
3.1 Simpulan
Dari pembahasan makalah ini, dapat disimpulkan
1. Kandungan unsur hara urine sapi lebih banyak
dibandingkan urine hewan lain
2. Urin sapi mengandung unsur N, P, dan K yang
merupakan unsur makro yang dibutuhkan bagi perkembangan dan pertumbuhan tanaman
3. Proses fermentasi digunakan untuk memperbanyak
unsur yang bermanfaat bagi tanaman pada urin sapi
4. Bahan tambahan ditambahkan pada saat proses
fermentasi agar menghilangkan bau pada urine sapi
5. Manfaat penggunaan pupuk cair urine sapi yaitu: meningkatkan
kesuburan tanah, memperbaiki struktur dan karakteristik tanah, meningkatkan
kapasitas serap air tanah, meningkatkan aktifitas mikroba tanah, meningkatkan
kualitas hasil panen
6. Penggunaan urine sapi sebagai pestisida dan pupuk
cair dapat menekan biaya produksi para petani
7. Pupuk dan pestisida dari urine sapi ramah
lingkungan, sehingga aman digunakan.
4. DAFTAR RUJUKAN
Andoko, Agus. 2011. Cara Pembuatan Pestisida
Hewani Untuk Padi Organik. (Online), (http://cybex.deptan.go.id/penyuluhan/cara-pembuatan-pestisida-hewani-untuk-padi-organik). diakses 9 November 2014
Dari Urine Sapi Di
Kabupaten Sinjai. www.sulsel.litbang.deptan.go.id
Lingga, P. 1991. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Jakarta : Penebar
Swadaya.
Ma, W. C., L. Brussard, and J. A. de Ridder. 1990. Long-term effect
of nitrogenous fertilizers on grassland
earthworm (Oligochaeta: Lumbricidae):
Their relation to soil acidification. Agric. Ecosys. Environ. 30: 71-80.
Margono,. 2013. Pembuatan Pupuk Cair Urine Sapi.
(Online), (http://bppgrabag.blogspot.com/2013/09/pembuatan-pupuk-cair-urine-sapi.html), diakses 9 November 2014.
Marlina, N., Saputro, A., Amier, N., 2012. Respons
Tanaman Padi (Oryza sativa L.) terhadap Takaran PupukOrganik Plus dan
Jenis Pestisida Organik dengan System of Rice
Intensification(SRI) di Lahan Pasang Surut. Jurnal Lahan Suboptimal, 1
(3): 138 – 148
Mcleod, M., Kelly, R. & Tinning, G. 2004.
Organisme Di Dalam Tanah: Keuntungan Dan Pengelolaannya. Australia : NSW
Department of Primary Industries
Murniati, N., & Safriani, E. 2013. Pemanfaatan
Urine Sapi Sebagai Pupuk Organik Cair
Untuk Meningkatkan
Produktivitas Tanaman Selada ( Lactuca
sativa L.). Jurnal silampari Fakultas Pertanian UNMURA, 1 (2): 9-17
Pangan dan Gizi, Fatameta. Bogor : IPB
Rachman A. 1989. Pengantar Teknologi Fermentasi. Bogor: IPB
Roidah, Syamsu. 2013. Manfaat Penggunaan Pupuk
Organik Untuk Kesuburan Tanah. Jurnal
Universitas Tulungagung Bonorowo, 1 (1): 30 – 42
Santosa, Dwi. 2012. Urine Sapi Sebagai Pengganti
Pestisida. (Online), (http://manusiabaru2012.blogspot.com/2012/12/urine-sapi-sebagai-pengganti-pestisida_5.html). diakses 9 November 2014
Sudiro, Albertus. 2010. Demontrasi Teknologi
Pembuatan Pupuk Organik Cair
Winarno, F.G., 1990. Tempe, Misteri Gizi dari
Jawa, Info Pangan. Teknologi
No comments:
Post a Comment