Tuesday, March 10, 2015

Pemanfaatan Urin Sapi Sebagai Pestisida dan Pupuk Organik









PEMANFAATAN URIN SAPI SEBAGAI PESTISIDA RAMAH LINGKUNGAN




MAKALAH
Untuk memenuhi tugas matakuliah
Bahasa Indonesia Keilmuan


oleh
Amien Fadli
140341603277












JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
September, 2014





1      PENDAHULUAN
1.1   Latar Belakang
Saat ini, kondisi lahan pertanian di Indonesia sudah kritis akibat penggunaan pestisida kimia oleh petani. Petani hanya berfikir cara untuk mengatasi hama yang menyerang tanaman. Petani mengabaikan akibat penggunaan pestisida kimia terhadap lingkungan di sekitar.
Pestisida kimia menyebabkan kerusakan pada struktur tanah dan organisme yang berada di dalam tanah. Tidak semua organisme di dalam tanah merusak tanaman, banyak organisme yang membantu pertumbuhan tanaman dan menjaga kondisi tanah. Mcleod (2004:1) mengatakan “Organisme tanah dapat menguntungkan petani karena mereka memperbaiki kesuburan tanah dan dapat membantu ketersediaan hara bagi tanaman dan membantu pengendalian hama penyakit.”  Akibat pengunaaan pestisida kimia, lingkungan menjadi tercemar dan keseimbangan ekosistem terganggu, sehingga penggunaan pestisida kimia akan merusak tanaman itu sendiri.
Selain itu, penggunaan pestisida bisa juga membuat hama menjadi resinten terhadap pestisida kimia, sehingga memacu petani untuk mengunakan pestisida dalam konsentrasi yang lebih agar hama yang menyerang tanaman dapat teratasi.  Ini akan memicu penumpukan zat kimia di lahan pertanian yang membuat lahan semakin tercemar dan semakin sulit untuk ditanami tanaman.
Kerusakan lahan menyebabkan dampak buruk bagi kehidupan, sehingga perlu adanya solusi alternatif yang bisa digunakan agar kerusakan lahan yang disebabkan oleh penggunaan pestisida kimia bisa dikurangi. Salah satu solusinya adalah penggunaan pupuk dan pestisida organik. Karena pupuk dan pestisida organik mudah terurai oleh bakteri yang ada sehingga tidak mencemari lingkungan. Roidah (2013:32) menyebutkan “Kandungan unsur hara dalam pupuk kandang tidak terlalu tinggi, tetapi jenis pupuk ini mempunyai lain yaitu dapat memperbaiki sifat fisik tanah seperti permeabilitas tanah, porositas tanah, struktur tanah, daya menahan air dan kation – kation tanah.”
Petani yang hidup di pedesaan biasanya sambil bertani petani juga berternak, petani bertenak ayam, kambing, sapi ataupun hewan ternak lainnya. Limbah dari ternak petani hanya digunakan sebagai pupuk kandang. Petani tidak memanfaatkan limbah dari ternak untuk hal yang lebih. Padahal limbah tersebut dapat diolah menjadi biogas, pupuk cair, dan bahkan bisa diolah menjadi pestisida ramah lingkungan yang mampu menggantikan fungsi dari pestisida kimia yang berbahaya bagi lingkungan.
Urine sapi merupakan sisa ekresi dari metabolisme yang dilakukan oleh sapi, urine sapi hanya dibiarkan terbuang dengan percuma oleh para petani. Petani  hanya menampung kotoran dari sapi untuk dimanfaatkan sebagai pupuk kandang. Murniyati dan Safriani (2012:10) menyebutkan “Urine sapi dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik cair karena kandungan zat hara pada urine sapi, terutama kandungan nitrogen, fosfor, kalium, dan air lebih banyak.” Berdasarkan fakta tersebut maka urine sapi layak dimanfaatkan untuk pupuk cair bagi tanaman para petani.
Selain sebagai pupuk cair, urine sapi dapat dimanfaatkan sebagai pestisida pembasmi hama pada tanaman. Marlina (2012) menyebutkan “sampai saat ini hanya urine sapi yang diketahui berkhasiat sebagai pestisida”. Urine sapi dapat dimanfaatkan sebagai pestisida ramah lingkungan karena mengandung unsur yang mampu mengusir dan membunuh hama tanaman yang menyerang tanaman para petani.
 Dari segi ekonomi, harga pestisida kimia cukup sulit dijangkau oleh petani yang mayoritas dari golongan masyarakat menengah ke bawah, sehingga pembuatan pestisida dari urine sapi ini akan mampu menekan biaya perawatan tanaman mereka dan hasil panen pun tetap melimpah ruah. Dengan menggunakan urine sapi sebagai pestisida dan pupuk organic. Selain bisa mengurangi limbah di kandang, hal ini juga bisa mengurangi kerusakan lahan pertanian yang terjadi.



1.2   Rumusan Masalah
Berdasarakan latar belakang yang di jelaskan, maka dapat diambil rumusan masalah :
1.        Apa kandungan urine sapi sehinga bisa dimanfaatkan menjadi pupuk dan pestisida organik?
2.        Bagaimana pengolahan urine sapi sehingga bisa dijadikan pupuk dan pestisida organik?
3.        Bagaimana penggunaan pestisida dan pupuk organik dari urin sapi?
4.        Apa kelebihan dan kekurangan urine sapi sebagai pupuk dan pestisida organik?

2.        PEMBAHASAN
2.1   Kandungan Urine Sapi Sehinga Bisa Dimanfaatkan Menjadi Pupuk Dan Pestisida Organik
Urine sapi sebagai limbah kandang, selama ini terbuang percuma tanpa ada pemanfaatan yang berarti. Murniyati dan Safriani (2012:10) menyebutkan “Urine sapi dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik cair karena kandungan zat hara pada urine sapi, terutama kandungan nitrogen, fosfor, kalium, dan air lebih banyak.” Zat zat seperti nitrogen, fosfor, dan kalium adalah unsur makro yang diperlukan bagi pertumbuhan tanaman.
Table 1. Jenis dan kandungan zat hara pada beberapa kotoran ternak padat dan cair
Nama ternak dan bentuk kotorannya
Nitrogen
(%)
Fosfor (%)
Kalium (%)
Air (%)
Kuda –padat
0.55
0.30
0.40
75
Kuda –cair
1.40
0.02
1.60
90
Kerbau –padat
0.60
0.30
0.34
85
Kerbau –cair
1.00
0.15
1.50
92
Sapi –padat
0.40
0.20
0.10
85
Sapi –cair
1.00
0.50
1.50
92
Kambing –padat
0.60
0.30
0.17
60
Kambing –cair
1.50
0.13
1.80
85
Domba –padat
0.75
0.50
0.45
60
Domba –cair
1.35
0.05
2.10
85
Babi – padat
0.95
0.35
0.40
80
Babi –cair
0.40
0.10
0.45
87
Ayam –padat dan cair
1.00
0.80
0.40
55
Sumber : Lingga, 1991

Berdasarkan tabel 1 tampak bahwa kandungan zat hara pada urin sapi, terutama jumlah kandungan nitrogen, fosfor, kalium, dan air lebih banyak jika dibandingkan dengan kotoran sapi padat yang telah lebih banyak dimanfaatkan sebagai pupuk organik. Selain itu banyak penelitian, diantaranya adalah Anty (1987) yang melaporkan bahwa urine sapi mengandung zat perangsang tumbuh yang dapat digunakan sebagai pengatur tumbuh diantaranya adalah IAA. Karena baunya yang khas urine ternak juga dapat mencegah datangnya berbagai hama tanaman sehingga urine sapi juga dapat berfungsi sebagai pengendalian hama tanaman dari serangan (Phrimantoro, 1995).  Marliana (2012:143) menyebutkan “Kandungan unsur hara pada urine sapi yaitu 0,52 % N, 0,01 % P, dan 0,56 % K. Urine ternak terdiri 90 – 95% air dan sisanya berupa bahan padatan.”
Nitrogen adalah salah satu unsur makro dalam tanah yang berfungsi bagi kesuburan tanaman. fungsi nitrogen bagi tanaman sebagai berikut :
(1)     Diperlukan untuk pembentukan atau pertumbuhan bagian vegetatif tanaman, seperti daun, batang dan akar.
(2)     Berperan penting dalam hal pembentukan hijau daun yang berguna sekali dalam proses fotosintesis.
(3)     Membentuk protein, lemak dan berbagai persenyawaan organik.
(4)     Meningkatkan mutu tanaman penghasil daun-daunan.
(5)     Meningkatkan perkembangbiakan mikro-organisme di dalam tanah.
Fosfor (P) dalam tanah merupakan unsur hara yang tidak mobil, sebagian besar terikat oleh partikel tanah, sebagian sebagai fosfor organik dan hanya sedikit dalam bentuk anorganik yang tersedia bagi tanaman. Pada tanah sawah ketersediaan P meningkat setelah penggenangan. Hal ini disebabkan karena penggenangan membantu terjadinya proses reduksi feri fosfat menjadi fero fosfat, hidrolisis aluminium fosfat, peningkatan kelarutan kalsium fosfat dan netralnya reaksi tanah. Dalam tanaman, P merupakan unsur penting penyusun adenosin triphosphate (ATP) yang secara langsung berperan dalam proses penyimpanan dan transfer energi yang terkait dalam proses metabolisme tanaman (Dobermann dan Fairhurst, 2000). Hara P sangat diperlukan tanaman padi terutama pada saat awal pertumbuhan. Pada fase pertumbuhan tanaman tersebut, P berfungsi memacu pembentukan akar dan penambahan jumlah anakan,  Disamping itu, P juga berfungsi mempercepat pembungaan dan pemasakan gabah.
Kalium (K) merupakan unsur ketiga yang penting setelah N dan P. Kalium berfungsi antara lain untuk meningkatkan proses fotosintesis, mengefisienkan penggunaan air, mempertahankan turgor, membentuk batang yang lebih kuat, sebagai aktivator bermacam sistem enzim, memperkuat perakaran sehingga tanaman lebih tahan rebah dan meningkatkan ketahanan tanaman terhadap penyakit.
            Kandungan unsur hara pada urine sapi selain bisa digunakan sebagai pupuk, dapat juga dimanfaatkan untuk pestisida organik,  urin sapi dicampur bahan  alami tambahan lain lalu difermentasikan agar bisa dijadikan pestisida organik. Urine sapi, kerbau atau kambing mempunyai sifat anti bakteri dan jamur.  Untuk mengendalikan cendawan, kudis pada tanaman tomat dan kentang dapat menggunakan urine sebagai pestisida organik.  Selain itu, urine dapat dipakai untuk penolak rayap.  Dibandingkan urine dari binatang pemakan daging, urine binatang pemakan tumbuhan lebih baik karena kadar urea, CO(NH2)2 lebih rendah.

2.2   Pengolahan Urine Sapi Sehingga Bisa Dijadikan Pupuk Dan Pestisida Organik
Urine sapi dapat dijadikan dan dimanfaatkan sebagai pupuk dan pestisida organik dengan cara memprosesnya melalui proses fermentasi. Fermentasi merupakan aktivitas mikroorganisme baik aerob maupun anaerob yang mampu mengubah atau mentransformasikan senyawa kimia ke subtrat organik (Rahman,1989). Selanjutnya Winarno (1990) mengemukan bahwa fermentasi dapat terjadi karena ada aktivitas mikroorganisme penyebab fermentasi pada subtrat organik yang sesuai,  proses ini dapat menyebabkan perubahan sifat bahan yang difermentasikan.
Fermentasi merupakan proses pemecahan senyawa organik menjadi senyawa sederhana yang melibatkan mikroorganisme. Fermentasi merupakan segala macam proses metabolisme (enzim, jasad renik secara oksidasi, reduksi, hidrolisa, atau reaksi kimia lainnya) yang melakukan perubahan kimia pada suatu subsrat organik dengan menghasilkan produk akhir. 
Prinsip dari fermentasi ini adalah bahan limbah organik dihancurkan
oleh mikroba dalam kisaran temperatur dan kondisi tertentu yaitu fermentasi. Studi tentang jenis bakteri yang respon untuk fermentasi  telah dimulai sejak tahun 1892 sampai sekarang. Ada dua tipe bakteri yang terlibat yaitu bakteri fakultatif yang mengkonversi selulosa menjadi glukosa selama proses dekomposisi awal dan bakteri obligate yang respon dalam proses dekomposisi akhir dari bahan organik yang menghasilkan bahan yang sangat berguna dan alternatif energi pedesaaan (Joo, 1990).
Wibowo (1989) menyatakan bahwa fermentasi sering didefinisikan sebagai proses pemecahan karbohidrat dan asam amino secara anaerobik yaitu tanpa memerlukan oksigen. Karbohidrat terlebih dahulu akan dipecah menjadi unit - unit glukosa dengan bantuan enzim amilase dan enzim glukosidose, dengan adanya kedua enzim tersebut maka pati akan segera terdegradasi menjadi glukosa, kemudian glukosa tersebut oleh khamir akan diubah menjadi alkhohol. 
Berdasarkan hasil pengamatan pada urine yang belum difermentasi
dan urine yang sudah difermentasi terdapat perbedaan kandungan diantara keduanya. Kandungan nitrogen pada saat sebelum difermentasi yang memiliki kandungan unsur hara N, P, K adalah 1,1; 0,5; 0,9 dan saat urine setelah difermentasi terjadi peningkatan kandungan jumlah unsur hara N, P, K,menjadi  2,7; 2,4; 3,8.
 Pada proses fermentasi urine terdapat kelebihan jika dibandingkan dengan urine yang tidak difermentasi, yaitu meningkatkan kandungan hara yang terdapat pada urine tersebut yang dapat menyuburkan tanaman. Selain itu, bau urine yang telah difermentasi menjadi kurang menyengat jika dibandingkan dengan bau urine yang belum difermentasi.
Akan tetapi fermentasi urin sebagai pupuk organik cair yang dilakukan oleh bakteri ternyata juga terdapat beberapa kelemahan, diantaranya :
a)      Tidak semua N diubah menjadi bentuk yang mudah dihisap akan tetapi
dipergunakan oleh bakteri-bakteri itu sendiri untuk keperluan hidupnya.
b)      Dapat terjadi perubahan-perubahan yang merugikan dimana N menguap.
Di dalam pupuk cair N terdapat sebagai ureum CO(NH dan asam urine. Yang terpenting dan mempunyai nilai pemupukan tertinggi adalah ureum karena N yang sangat tinggi (48 %). Banyak terdapat dalam air kencing sangat mudah dan cepat dirubah oleh bakteri-bakteri menjadi amonium karbonat.
2.2.1 Pembuatan Pupuk Organik dari Urine Sapi
a)      Alat:
1)      ember/drum,
2)      plastik,
3)      karet/pengikat.
b)      Bahan:
1)      urine sapi (kencing sapi) 20 liter,
2)      jahe 1/2 kg,
3)      lengkuas 1/2 kg,
4)      kunyit 1/2 kg,
5)      temu ireng 1/2 kg,
6)      temulawak 1/2 kg,
7)      kencur 1/2 kg,
8)      gula merah 1 kg,
9)      rendaman kedelei 1 gelas atau urea 1 sendok makan,
10)  em4 100 ml (starter).
Bahan – bahan jahe, lengkuas, kunyit, temu ireng, temulawak dan kencur (empon-empon) berfungsi untuk menghilangkan bau urine sapi dan memberi rasa yang tidak disukai hama tanaman. Gula berguna dalam proses fermentasi dan menyuburkan mikroorhanisme yang ada didalam tanah, Urea dan rendaman kedelai berfungsi untuk memperkaya unsur hara yang terdapat dalam pupuk cair serta menyuburkan mikroorganisme. Serta EM 4 sebagai starternya.
Ø  Cara pembuatan:
Empon-empon dihaluskan dan dimasak sampai mendidih. Setelah dingin dicampur dengan semua bahan yang lain didalam ember atau drum plastik, yang perlu dingat pengisian jangan sampai penuh. Lalu ditutup rapat dan didiamkan selama 3 minggu. Setiap hari 2 kali atau tiap pagi dan sore tutup dibuka untuk membuang gas yang dihasilkan atau boleh menggunakan aerator untuk mempercepat proses penguapan gas.
Pupuk cair yang telah jadi, dapat langsung digunakan yaitu : 1 liter pupuk cair urine sapi dicampur 10 liter air lalu disemprotkan ke tanaman.
Pabila pupuk cair urine sapi ini disimpan paling baik selama 12 hari dan harus tertutup rapat agar kadar nitrogen dalam urine tidak banyak keluar (Margono, 2013).
2.2.2 Pembuatan Pestisida Dari Urine Sapi
Untuk membuat obat pembasmi hama (pestisida) perlu bahan bahan berikut :
a) Bahan
1)      30 liter air kencing sapi
2)      20 liter air cucian beras (leri)
3)      15 liter air kelapa
4)      5 kg gula merah
5)      3 kg kencur
6)      0,5 kg kunyit
7)      1 kg temu lawak
b) Cara membuat :
Gula merah + kencur  + kunyit + temulawak dihaluskan,  dengan cara di blander atau di tumbuk sampai halus. Bahan – bahan kencur, kunyit, dan temulawak (empon-empon) berfungsi untuk menghilangkan bau urine sapi dan memberi rasa yang tidak disukai hama tanaman. Gula berguna dalam proses fermentasi dan menyuburkan mikroorhanisme yang ada didalam tanah, Semua bahan dimasukkan dalam tong plastic kemudian diaduk sampai rata dan tong tersebut ditutup. Setiap dua hari sekali tutup tong dibuka dan diaduk hingga merata dan sampai hari ke 20 atau 25 sudah jadi dan berbau tape. Pestisida siap diaplikasikan ke tanaman (Santosa, 2012).

2.3  Penggunaan Pestisida Dan Pupuk Organik Urin Sapi
Dosis pemakaian pupuk organik dari urine sapi tergantung pada jenis tanaman yang ditanam. Pupuk cair urine sapi ini dapat digunakan pada berbagai tanaman misalnya: tanaman pangan (padi), palawija dan sayuran, hortikultura (cabai, jeruk), dan bisa juga pada bibit / benih tanaman.
Pada tanaman padi penyemprotan dilakukan pada umur 14-21 hari setelah tanam, 25-30 hari setelah tanam dan pada fase primordia (45 hari setelah tanam) saat sudah ada satu tanaman yang mengeluarkan bunga. Pada tanaman hortikultura penyemprotan dilakukan pada umur 14-21 hari setelah tanam (terdapat 3-4 helai daun) dan pada saat pembentukan bunga. Untuk benih/ biji direndam selama semalam sedangkan untuk bibit perendaman selama maksimal 10 menit (Margono, 2013)
Untuk pengaplikasian pestisida dari urin sapi dilakukan dengan cara disemprotkan pada tanaman yang terserang penyakit tungro atau bercak cokelat tanpa harus diencerkan cerlebih dahulu (Santosa, 2012).

2.4 Kelebihan Dan Kekurangan Urine Sapi Sebagai Pupuk Dan Pestisida Organik
            Tanaman sayuran dan hortikultura setelah diberi pupuk cair dari urine sapi menjadi lebih subur, daunnya kelihatan segar dan hijai serta ulat yang mengghinggapinya menghilang. Manfaat lain penggunaan pupuk cair urine sapi yaitu: meningkatkan kesuburan tanah, memperbaiki struktur dan karakteristik tanah, meningkatkan kapasitas serap air tanah, meningkatkan aktifitas mikroba tanah, meningkatkan kualitas hasil panen (rasa, nilai gizi, jumlah), menyediakan hormon dan vitamin bagi tanaman, menekan pertumbuhan/serangan penyakit tanaman, dan meningkatkan retensi/ketersediaan hara dalam tanah (Margono, 2013).
            Adapun kelebihan pestisida urine sapi adalah bisa menekan biaya perawatan tanaman dan bisa memaksimalkan limbah yang tidak digunakan. Selain itu, pestisida dari urine sapi juga aman dan tidak mencemari lingkungan.
Menurut Sudiro (2010:10) selain mempunyai kelebihan, pupuk organik dan pestisida dari urine sapi ini mempunyai kekurangan, Walaupun pupuk organik cair dari urin sapi merupakan pupuk yang ramah lingkungan karena berasal dari senyawa organik yang dapat diuraikan oleh mikroorganisme, tetapi penggunaan pupuk organik cair ini masih memiliki kendala karena memiliki kandungan hara makro dan mikro rendah sehingga harus diberikan dalam jumlah yang banyak.
Meskipun kandungan unsur hara yang dimiliki oleh urine sapi bermacam-macam jenisnya akan tetapi jumlah kuantitas  unsur hara yang dimiliki masih kalah jika dibandingkan dengan pupuk kimia buatan. Selain itu baunya yang menyengat juga membuat orang enggan untuk mengelola serta menggunakannya.. sedangkan pestisida dari urin sapi ini hanya bia digunakan untuk hama hama tertentu, seperti hama tungro, bercak daun, dan lain lain (Andoko, 2011)

3.      PENUTUP
3.1  Simpulan
Dari pembahasan makalah ini, dapat disimpulkan
1.      Kandungan unsur hara urine sapi lebih banyak dibandingkan urine hewan lain
2.      Urin sapi mengandung unsur N, P, dan K yang merupakan unsur makro yang dibutuhkan bagi perkembangan dan pertumbuhan tanaman
3.      Proses fermentasi digunakan untuk memperbanyak unsur yang bermanfaat bagi tanaman pada urin sapi
4.      Bahan tambahan ditambahkan pada saat proses fermentasi agar menghilangkan bau pada urine sapi
5.      Manfaat penggunaan pupuk cair urine sapi yaitu: meningkatkan kesuburan tanah, memperbaiki struktur dan karakteristik tanah, meningkatkan kapasitas serap air tanah, meningkatkan aktifitas mikroba tanah, meningkatkan kualitas hasil panen
6.      Penggunaan urine sapi sebagai pestisida dan pupuk cair dapat menekan biaya produksi para petani
7.      Pupuk dan pestisida dari urine sapi ramah lingkungan, sehingga aman digunakan.




4.      DAFTAR RUJUKAN
Andoko, Agus. 2011. Cara Pembuatan Pestisida Hewani Untuk Padi Organik. (Online), (http://cybex.deptan.go.id/penyuluhan/cara-pembuatan-pestisida-hewani-untuk-padi-organik). diakses 9 November 2014
Dari Urine Sapi  Di Kabupaten Sinjai. www.sulsel.litbang.deptan.go.id
Lingga, P. 1991. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Jakarta : Penebar Swadaya.
Ma, W. C., L. Brussard, and J. A. de Ridder. 1990. Long-term effect of  nitrogenous fertilizers on grassland earthworm (Oligochaeta:  Lumbricidae): Their relation to soil acidification. Agric. Ecosys. Environ. 30: 71-80.
Margono,. 2013. Pembuatan Pupuk Cair Urine Sapi. (Online), (http://bppgrabag.blogspot.com/2013/09/pembuatan-pupuk-cair-urine-sapi.html), diakses 9 November 2014.
Marlina, N., Saputro, A., Amier, N., 2012. Respons Tanaman Padi (Oryza sativa L.) terhadap Takaran PupukOrganik Plus dan Jenis Pestisida Organik dengan System of Rice  Intensification(SRI) di Lahan Pasang Surut. Jurnal Lahan Suboptimal, 1 (3): 138 – 148
Mcleod, M., Kelly, R. & Tinning, G. 2004. Organisme Di Dalam Tanah: Keuntungan Dan Pengelolaannya. Australia : NSW Department of Primary Industries
Murniati, N., & Safriani, E. 2013. Pemanfaatan Urine Sapi Sebagai Pupuk Organik Cair  Untuk Meningkatkan  Produktivitas  Tanaman Selada ( Lactuca sativa L.). Jurnal silampari Fakultas Pertanian UNMURA, 1 (2): 9-17
Pangan dan Gizi, Fatameta. Bogor : IPB
Rachman A. 1989. Pengantar Teknologi  Fermentasi. Bogor: IPB
Roidah, Syamsu. 2013. Manfaat Penggunaan Pupuk Organik Untuk Kesuburan Tanah. Jurnal  Universitas Tulungagung Bonorowo, 1 (1): 30 – 42
Santosa, Dwi. 2012. Urine Sapi Sebagai Pengganti Pestisida. (Online), (http://manusiabaru2012.blogspot.com/2012/12/urine-sapi-sebagai-pengganti-pestisida_5.html). diakses 9 November 2014
Sudiro, Albertus. 2010. Demontrasi Teknologi Pembuatan Pupuk Organik Cair
Winarno, F.G., 1990. Tempe, Misteri Gizi dari Jawa, Info Pangan. Teknologi

No comments:

Post a Comment