Monday, October 19, 2015

Hubungan Ilmu Dengan Pengetahuan



BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Ilmu lahir karena manusia diberkahi Tuhan suatu sifat ingin tahu. Keingintahuan seseorang tehadap pemasalahan disekelilingnya dapat menjurus kepada keingintahuan ilmiah (Hamid, 2011). Pengetahuan seseorang tentang masih banyaknya hal yang belum diketahui akan mendorong orang yang bersangkutam untuk mencari tahu, akan mengembangkan kemampuan seseorang dalam memahami dunia sekelilingnya. Proses mencari tahu atau proses mengetahui pada hakikatnya merupakan suatu proses yang berlangsung sepanjang hayat (Malamassam, 2009).
Rasa ingin tahu manusia terbukti ketika terjadi suatu peristiwa baru di sekitarnya. Manusia selalu ingin mengetahui sebab dan akibat (kausalitas) tentang terjadinya peristiwa tersebut. Rasa ingin tahu tersebut akan berdampak positif  bagi berkembangnya suatu ilmu pengetahuan sehingga ilmu pengetahuan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Dalam usahanya untuk memahami lingkungannya (memenuhi rasa ingin tahunya) manusia menggunakan berbagai cara. Beberapa diantara cara tersebut adalah pengalaman, penalaran, dan penelitian (Ardhana, 1987). Oleh karena itu, penelitian di era ini bukanlah hal yang asing lagi. Telah banyak penelitian yang telah dilakukan oleh para ilmuwan. Para ilmuwan tidak langsung puas begitu saja setelah mendapatkan suatu ilmu pengetahuan baru dari hasil penelitiannya melainkan terus berusaha mengembangkan penelitiannya tersebut dan menggali ilmu pengetahuan yang belum diketahuinya.
Text Box: 1Ilmu pengetahuan bukanlah hasil dari kesimpulan logis dari hasil pengamatan namun merupakan kerangka konseptual atau teori yang memberi tempat bagi pengkajian dan pengujian secara kritis oleh ahli-ahli lain dalam bidang yang sama, dengan demikian ilmu pengetahuan dapat diterima secara universal. Ilmu pengetahuan bukanlah kumpulan pengetahuan semesta alam atau kegiatan yang dapat dijadikan dasar bagi kegiatan yang lain, tetapi merupakan teori, prinsip, atau dalil yang berguna bagi pengembangan teori, prinsip, atau dalil lebih lanjut, atau dengan kata lain untuk menemukan teori, prinsip, atau dalil baru melalui penelitian selanjutnya (Basuki, 2006).
Pengetahuan yang benar dapat menunjang upaya-upaya perbaikan kualitas hidup manusia melalui pendayagunaan sumberdaya yang ada secara benar dan bertanggung jawab. Kebenaran suatu ilmu pengetahuan yang diterima oleh seseorang atau oleh sekelompok orang akan tergantung pada sumbernya, cara atau prosedur memperolehnya, dan penafsiran tehadap pengetahuan tersebut berdasarkan pengetahuan yang sudah dimiliki sebelumnya (Malamassam, 2009).
Makna dan manfaat sesuatu ilmu pengetahuan akan sangat tergantung pada orang yang memahaminya (ilmuwan), kemampuan orang yang bersangkutan untuk mendayagunakan ilmu pengetahuan itu, serta kemampuan dan kemauannya untuk mengembangkan ilmu tersebut melalui penelitian yang berkelanjutan (Malamassam, 2009). Oleh karena itu perlu diketahui hakikat ilmu pengetahuan. Dengan dipahaminya ilmu pengetahuan (ilmiah) maka akan mempermudah memahami penelitian dan hubungan antara ilmu pengetahuan dan penelitian.

1.2  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dibuat rumusan masalah, yaitu:
1.    bagaimanakah hakikat ilmu pengetahuan?
2.    bagaimanakah hubungan ilmu pengetahuan dan penelitian?

1.3  Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan pembuatan makalah ini adalah:
1.    mengetahui hakikat ilmu pengetahuan.
2.    memahami hubungan ilmu pengetahuan dan penelitian.


BAB II
PEMBAHASAN
2.1    Hakikat Ilmu Pengetahuan
2.1.1   Pengertian Ilmu
Secara etimologi ilmu berasal dari Bahasa Arab ilm yang berarti memahami, mengerti, atau mengetahui. Dalam Bahasa Inggris ilmu biasanya dipadankan dengan kata science. Dalam bahasa Indonesia kata science (berasal dari bahasa latin dari kata scio, scire yang berarti tahu) umumnya diartikan Ilmu tapi sering juga diartikan dengan Ilmu Pengetahuan, meskipun secara konseptual mengacu pada makna yang sama (Jujun, 1998:39). Dari pengertian yang terdapat dalam KBBI ilmu dapat diartikan sebagai sebuah pengetahuan yang disusun dengan metode tertentu. Menurut para ahli definisi ilmu adalah sebagai berikut.
(1)     Mohammad Hatta menyatakan bahwa ilmu adalah pengetahuan yang teratur tentang pekerjaan hukum sebab-akibat dalam suatu golongan masalah yang sama sifatnya, baik menurut kedudukannya (jika dilihat dari luar) maupun menurut hubungannya (jika dilihat dari dalam).
(2)     M. Izuddin Taufiq, mengemukakan bahwa ilmu adalah penelusuran data atau informasi melalui pengamatan, pengkajian dan eksperimen, dengan tujuan menetapkan hakikat, landasan dasar ataupun asal usulnya.
(3)     Thomas Kuhn, ilmu adalah himpunan aktivitas yang menghasilkan banyak penemuan, baik dalam bentuk penolakan maupun pengembangannya.
(4)     Dr. Maurice Bucaille ilmu adalah kunci untuk mengungkapkan segala hal, baik dalam jangka waktu yang lama maupun sebentar.
(5)     Ns. Asmadi, ilmu merupakan sekumpulan pengetahuan yang padat dan proses mengetahui melalui penyelidikan yang sistematis dan terkendali (metode ilmiah).
Text Box: 3Menurut Hamid (2011) ilmu adalah pengetahuan yang telah teruji kebenarannya melalui metode-metode ilmiah. Oleh sebab itu, ilmu pada hakikatnya adalah pengetahuan ilmiah. Seseorang yang telah memiliki ilmu atau pengetahuan ilmiah dituntut memiliki sifat-sifat terbuka, jujur, teliti, kritis, tidak mudah percaya tanpa adanya bukti-bukti, tidak cepat putus asa dengan pekerjaan atau hasil karyanya.
Menurut Dewey (1933) dalam Ardhana (1987) hakikat ilmu terletak bukan pada simpulan yang dicapai. Melainkan pada metode observai, eksperimentasi, dan penalaran matematikanya.
Menurut Hamid (2011), terdapat persyaratan ilmiah yang harus dipenuhi agar pengetahuan dapat disebut sebagai ilmu, yaitu:
(1)     objektif berarti Ilmu harus memiliki objek kajian yang terdiri dari satu golongan masalah yang sama sifat hakikatnya, tampak dari luar maupun bentuknya dari dalam. Objeknya dapat bersifat ada, atau mungkin ada karena masih harus diuji keberadaannya. Dalam mengkaji objek, yang dicari adalah kebenaran, yakni persesuaian antara tahu dengan objek, sehingga disebut kebenaran objektif, bukan subjektif berdasarkan subjek peneliti atau subjek penunjang penelitian.
(2)     metodis merupakan upaya-upaya yang dilakukan untuk meminimalisasi kemungkinan terjadinya penyimpangan dalam mencari kebenaran. Konsekuensinya, harus ada cara tertentu untuk menjamin kepastian kebenaran. Metodis berasal dari bahasa Yunani metodos yang berarti cara, jalan. Secara umum metodis berarti metode tertentu yang digunakan dan umumnya merujuk pada metode ilmiah.
(3)     sistematis, dalam perjalanannya mencoba mengetahui dan menjelaskan suatu objek, ilmu harus terurai dan terumuskan dalam hubungan yang teratur dan logis sehingga membentuk suatu sistem yang berarti secara utuh, menyeluruh, terpadu, dan mampu menjelaskan rangkaian sebab akibat menyangkut objeknya.
(4)     universal, kebenaran yang hendak dicapai adalah kebenaran universal yang bersifat umum (tidak bersifat tertentu). Contoh: semua segitiga bersudut 180º.


2.1.2 Pengertian Pengetahuan
Secara etimologi, pengetahuan berasal dari Bahasa Inggris knowledge yang berarti pengetahuan. Berdasarkan The Encyclopedia of Phylosophy, Edward (1972) dalam Hamid (2011), pengetahuan adalah kepercayaan yang benar (knowledge is justified true belief). Menurut Notoatmodjo (2007) dalam Hamid (2011), pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini setelah orang melakukan penginderaan terhadap obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagaian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Menurut Ali dan Asrori (2014: 7-8), pengetahuan (knowledge) adalah kumpulan tentang segala sesuatu yang diketahui dan telah dimiliki oleh manusia. Pengetahuan yang dimiliki oleh umat manusia adakalanya bersumber dari pengalaman dan adakalanya dari pikiran. Pengetahuan bersumber dari pengalaman meliputi semua hal  yang dialami baik oleh pancaindra, bahkan ada pula yang bersumber dari intuisi dan kata hati (concience), meskipun pengetahuan yang berasal dari kedua macam sumber yang disebutkan terakhir itu sulit untuk dipelajari. Adapun yang bersumber dari pikiran adalah pengetahuan yang diperoleh melalui proses penalaran.
Menurut Sangadji dan Sopiah (2010), ada 4 cara memperoleh pengetahuan yaitu pengalaman pribadi, modus otorita, penalaran deduktif, dan penalaran induktif.
(1)     Pengalaman pribadi
Ketika menghadapi suatu masalah, manusia akan mencari solusi dengan belajar dari pengalaman masa lalunya. Sebagai contoh, seorang ibu telah mempunyai pengalaman mengobati anaknya dengan suatu ramuan tradisional tertentu saat sakit. Ketika suatu waktu anaknya sakit kembali, maka ibu tersebut akan mengobati anaknya dengan ramuan yang sama.
(2)     Modus otorita
Jika orang yang mempunyai wewenang atau pengetahuan tertentu memberikan penjelasan, wajar orang lain mendengar dan mempercayainya. Sebagai contoh, penjelasan seorang dokter tentang suatu penyakit akan dipercaya pasiennya. Begitu pula, guru yang mengajar di kelas akan dipercaya muridnya.
(3)     Penalaran deduktif
Dimulai dari hal-hal yang bersifat umum menuju hal yang khusus. Penalaran deduktif disebut juga silogisme, dan digunakan untuk menguji suatu kesimpulan. Silogisme terdiri atas 3 hubungan, yaitu: premis mayor, premis minor, dan kesimpulan. Sebagai contoh, premis mayor: semua makhluk hidup akan mati. Premis minor: manusia adalah makhluk hidup. Kesimpulan: semua manusia akan mati.
(4)     Penalaran induktif
Dalam penalaran induktif pencarian pengetahuan dimulai dengan observasi terhadap hal-hal khusus atau fakta konkret menuju hal-hal yang umum.

2.1.3        Pengertian Ilmu Pengetahuan
Ilmu pengetahuan adalah kumpulan dari pengalaman dan pengetahuan sejumlah orang yang kemudian dipadukan secara harmonis dalam suatu bangunan yang teratur. Orang dapat mengambil manfaat sebesar-besarnya dari ilmu pengetahuan justru oleh karena ilmu pengetahuan disusun dari pengalaman-pengalaman dan pengetahuan yang sudah diuji kebenarannya (Sutrisno, 2000).
Ilmu pengetahuan dapat didefinisikan baik sebagai suatu hasanah pengetahuan yang terorganisasikan maupun sebagai suatu metode dan sistem untuk menurunkan kebenaran. Tujuan pokok ilmu pengetahuan adalah pengumpulan dan klasifikasi pengalaman dan pensistemikan pengalaman tersebut ke dalam sejumlah kecil sistem pengetahuan yang luas, yaitu melalui suatu kerangka kerja terstruktur. Berdasarkan kerangka kerja inilah arti fenomena dapat dipahami (Ardhana, 1987).
Syarat Ilmu Pengetahuan sebagaimana pendapat Vardiansyah (2008) dalam bukunya Filsafat Ilmu Komunikasi, bahwa ilmu pengetahuan ilmiah harus memenuhi tiga syarat, yaitu:
(1)     sistematik, yaitu merupakan kesatuan teori-teori yang tersusun sebagai suatu sistem.
(2)     objektif atau intersubjektif, yaitu teori tersebut terbuka untuk diteliti oleh orang lain/ahli lain, sehingga hasil penelitian bersifat universal.
(3)     dapat dipertanggung jawabkan, yaitu mengandung kebenaran yang bersifat universal, dengan kata lain dapat diterima oleh orang-orang lain atau ahli-ahli lain.
Van Meslen (1985), mengemukakan beberapa ciri  yang menandai ilmu pengetahuan yaitu: (1) ilmu pengetahuan secara metodis harus mencapai suatu keseluruhan yang secara logis koheren, berarti adanya sistem dalam penelitian (metode) maupun harus (susunan logis), (2) ilmu pengetahuan tanpa pamrih, karena hal itu erat kaitannya dengan tanggung  jawab ilmuwan, (3) universalitas ilmu pengetahuan, (4) objektivitas, artinya setiap ilmu terpimpin oleh objek dan tidak didistorsi oleh prasangka-prasangka subjektif, (5) ilmu pengetahuan harus dapat diverifikasi oleh semua peneliti ilmiah yang bersangkutan, karena itu ilmu pengetahuan harus dapat dikomunikasikan, (6) progresivitas artinya suatu jawaban ilmiah baru bersifat ilmiah sungguh-sungguh, bila mengandung pertanyaan-pertanyaan baru dan menimbulkan problem-problem baru lagi, (7) kritis, artinya tidak ada teori ilmiah yang definitif, setiap teori terbuka bagi suatu peninjauan kritis yang memanfaatkan data-data baru, (8) ilmu pengetahuan harus dapat digunakan sebagai perwujudan kebertautan antara teori dengan praktis.

2.1.4 Hubungan Ilmu (Science) dan Pengetahuan (Knowledge)
Ilmu berbeda dengan pengetahuan. Semua ilmu adalah pengetahuan namun pengetahuan tidak selalu ilmu. Pengetahuan memberikan kewenangan (authority) dan komitmen (Suharto, dkk., 2003).
Ilmu (science) berhubungan dengan pengetahuan (knowledge). Setiap ilmu merupakan pengetahuan, namun tidak semua pengetahuan adalah ilmu. Hal ini disebabkan karena adanya pengetahuan-pengetahuan yang tidak ilmiah, misalnya mitos. Contohnya: mitos orang Jawa tentang peristiwa terjadinya pelangi yang dikatakan sebagai tangga menuju pemandian bagi dewi-dewi khayangan. Adapun hujan yang acapkali rintik-rintik dikatakan sebagai air mata dewi-dewi tadi yang menangisi salah seorang dewi yang tertinggal di bumi dan tidak bisa kembali ke khayangan karena selendangnya diambil maling yang mengintip mereka sewaktu mandi. Kisah ini merupakan pengetahuan tipe mitos yang tetap hidup dan bermanfaat, namun bukan ilmu dan tidak ilmiah (Hamid, 2011).
Ketika menambah ilmu, pasti menambah pengetahuan, tetapi jika menambah pengetahuan belum tentu menambah ilmu. Ilmu akan bertambah apabila pengetahuan bertambah, dan pengetahuan akan menjadi tidak berguna saat tidak mempunyai ilmu. Ilmu adalah hal yang didapat setelah mengimplementasikan pengetahuan yang diterima. Ilmu adalah praktek dari pengetahuan. Ilmu adalah sekumpulan pengetahuan atau fakta yang tersusun secara logis dan sistematis dan dapat diukur serta diuji kebenarannya. Untuk mendapatkan ilmu diperlukan pengetahuan, demikian juga untuk memperoleh pengetahuan dibutuhkan juga ilmu. Jadi hubungan ilmu dan pengetahuan sangat erat, karena antara ilmu dan pengetahuan sulit untuk dipisahkan (Hamid, 2011).

2.2 Hubungan Ilmu Pengetahuan dan Penelitian
2.2.1 Pengertian Penelitian
Penelitian merupakan salah satu cara manusia menemukan kebenaran. Penelitian merupakan suatu penyelidikan secara sistematik, terkontrol, empirik, dan kritis mengenai proporsi hipotesis mengenai hubungan yang diperkirakan ada antara gejala-gejala ilmiah (Ardhana, 1987).
Penelitian merupakan penyelidikan sistematis terhadap masalah tertentu dengan menggunakan metode ilmiah dan mengumpulkan bukti yang cukup representatifsebagi dasar utnuk menarik kesimpulan. Peneliti menggunakan nalaran logis dan menghindari keraguan dalam menarik kesimpulan. Penelitian adalah proses pemunculan masalah dan menemukan atau menjawab masalah (Malhotra, 2006 dalam Sangadji dan Sopiah, 2010).
Penelitian adalah pencarian atas sesuatu (inquiry) secara sistematis dengan penekanan bahwa pencarian ini dilakukan terhadap masalah-masalah yang dapat dipecahkan (Parsons, 1946 dalam Hamid, 2011). Penelitian adalah suatu pencarian fakta menurut metode objektif yang jelas untuk menemukan hubungan antar fakta dan menghasilkan dalil atau hukum (John, 1949 dalam Hamid, 2011).
Hakikat penelitian adalah kegiatan ilmiah untuk memperoleh pengetahuan yang benar tentang suatu masalah. Pengetahuan yang diperoleh berupa fakta konsep generalisasi dan teori yang memungkinkan manusia dsapat memahami fenomena dan memecahkan masalah yang dihadapi (Sangadji dan Sopiah, 2010).
Menurut kamus Webster’s new International, penelitian adalah penyelidikan yang hati-hati dan kritis dalam mencari fakta dan prinsip-prinsip, yaitu suatu penyelidikan yang amat cerdik untuk menetapkan sesuatu. Menurut ilmuwan Hillway (1956) dalam Hamid (2011) penelitian tidak lain dari suatu metode studi yang dilakukan seseorang melalui penyelidikan yang hati-hati sempurna terhadap suatu masalah, sehingga diperoleh pemecahan yang tepat terhadap masalah tersebut. Whitney (1960) dalam Hamid (2011) menyatakan bahwa disamping untuk memperoleh kebenaran, kerja menyelidik harus pula dilakukan secara sungguh-sungguh dalam waktu yang lama. Dengan demikian penelitian merupakan suatu metode untuk menemukan kebenaran, sehingga penelitian juga merupakan metode berpikir secara kritis.
Berdasarkan definisi penelitian, maka nyata bahwa penelitian adalah suatu penyelidikan yang terorganisasi. Penelitian dapat diartikan sebagai pencarian pengetahuan dan pemberi artian yang terus menerus terhadap sesuatu. Penelitian juga merupakan percobaan yang hati-hati dan kritis untuk menemukan sesuatu yang baru. Penelitian dengan menggunakan metode ilmiah (scientific method) disebut penelitian ilmiah (scientific research). Dalam penelitian ilmiah ini selalu ditemukan dua unsur penting, yaitu unsur observasi (pengamatan) dan unsur nalar (reasoning) (Ostle, 1975 dalam Hamid, 2011).  Unsur pengamatan merupakan kerja dengan mana pengetahuan mengenai fakta-fakta tertentu diperoleh melalui kerja mata (pengamatan) dengan menggunakan persepsi (sense of perception) (Hamid, 2011).
Masalah yang akan dijawab melalui penelitian disebut masalah penelitian. masalah peneltiian bisa disebebkan banyak hal. Masalah muncul karena manusia mengalami kesulitan dalam hidup yaitu adanya ketidaksesuaian atau kesenjangan antara yang diharapkan dengan kenyataan yang aktual. Sebagai contoh, seorang mahasiswa yang tinggal ditempat kos setiap bulan harus mengelola keuangannya serta menghadapi banyak kebutuhan sementara jumlah dana yang dimilikki jumlahnya terbatas. Permasalahannya adalah cara mengelola keuangan dengan baik agar semua kebutuhan dapat terpenuhi dengan dana terbatas (Sangadji dan Sopiah, 2010).
Menurut Ardhana (1987), penelitian memiliki tiga ciri pokok, yaitu:
(1)     penelitian bersifat sistematik dan terkontrol, yang mendasarkan cara kerjanya pada metode induktif dan deduktif.
(2)     penelitian bersifat empirik, artinya dalam usaha menguji kesahihan, penelitian berpaling pada pengalaman.
(3)     penelitian bersifat mengoreksi diri sendiri, artinya metode ilmiah bukan saja telah membangun mekanisme untuk melindungi peneliti dari kemungkinan membuat kesalahan, sejauh ang bisa dilakukan manusia, akan tetapi prosedur dan hasil-hasilnya selalu terbuka untuk diperiksa orang lain.
Sebagai kesimpulan dapat dikatakan bahwa penelitian merupakan perpaduan antara pengalaman dan penalaran dan harus dianggap sebagai pendekatan yang paling berhasil dalam menemukan kebenaran, khususnya ilmu alamiah (Ardhana, 1987).

2.2.2 Hubungan Ilmu Pengetahuan dan Penelitian
Ilmu dan penelitian mempunyai hubungan yang sangat erat. Menurut Almack (1930) dalam Hamid (2011), hubungan antara ilmu dan penelitian adalah seperti hasil dan proses. Penelitian adalah proses, sedangkan hasilnya adalah ilmu.
Penelitian merupakan suatu kegiatan yang salah satu tujuannya adalah mengembangkan pengetahuan sedangkan ilmu merupakan bagian pengetahuan yang mememnuhi kriteria tertentu yaitu rasional dan teruji. Pengetahuan dikatakan rasional jika disusun menggunakan pikiran dan pertimbangan yang logis dan masuk akal pengetahuan yang disusun dengan logika tertentu sering disebut pengetahuan yang menggunakan penalaran. Karaktristik pengetahuan rasional adalah menggunakan logika atau penalaran tertentu dalam membuat kesimpulan (Berenson dan Colton, 2002 dalam Sangadji dan Sopiah, 2010). Pengetahuan teruji adalah pengetahuan yang disusun berdasarkan fakta atau fenomena. Fakta dapat berupa kejadian atau segala sesuatu yang dialami dalam kehidupan nyata atau tertangkap oleh pengalaman hidup manusia (Malhotra, 2006 dalam Sangadji dan Sopiah, 2010).
Penelitian telah didefinisikan sebagai pencarian secara sistematik, obyektif, dan cermat. Setiap kegiatan sistematik dan terpelajar yang dirancang untuk meningkatkan ilmu pengetahuan (Ardhana, 1987).

























BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Berdasarkan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut.
(1)     Ilmu pada hakikatnya adalah pengetahuan ilmiah. Hakikat ilmu terletak bukan pada simpulan yang dicapai. Melainkan pada metode observai, eksperimentasi, dan penalaran matematikanya.Tujuan pokok ilmu pengetahuan adalah pengumpulan dan klasifikasi pengalaman dan pensistemikan pengalaman tersebut ke dalam sejumlah kecil sistem pengetahuan yang luas, yaitu melalui suatu kerangka kerja terstruktur. Berdasarkan kerangka kerja inilah arti fenomena dapat dipahami.
(2)     penelitian adalah suatu penyelidikan yang terorganisasi. Penelitian dapat diartikan sebagai pencarian pengetahuan dan pemberi artian yang terus menerus terhadap sesuatu. Penelitian juga merupakan percobaan yang hati-hati dan kritis untuk menemukan sesuatu yang baru. Ilmu pengetahuan dan penelitian mempunyai hubungan yang sangat erat. Hubungan antara ilmu pengetahuan dan penelitian adalah seperti hasil dan proses. Penelitian adalah proses, sedangkan hasilnya adalah ilmu pengetahuan.

3.2 Saran
Saran yang diberikan penulis adalah sebagai berikut.
(1)     Mahasiswa sebaiknya memahami terlebih dahulu hakikat ilmu pengetahuan sebelum melakukan penelitian.
(2)     Mahasiswa diharapkan mampu melaksanakan penelitian dengan baik.
(3)     Dibutuhkan kerjasama yang baik antara mahasiswa dan dosen dalam melaksanakan penelitian.






Text Box: 12
 
DAFTAR RUJUKAN

Ali, Mohammad & Muhammad Asrori.2014. Metodologi & Aplikasi Riset Pendidikan.Bandung: Bumi Aksara.

Ardhana, Wayan. 1987. Bacaan Pilihan dalam Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.

Basuki, Heru. 2006. Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu Kemanusiaan dan Budaya.Jakarta: Tanpa Penerbit.

Dani,Vardiansyah. Filsafat Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Jakarta: Indeks.

Hadi, Sutrisno. 2000. Metodologi Research. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Hamid, Sudihati. 2011. Modul Ilmu Pengetahuan dan Penelitian Ilmu. (Online, http://gz316pdg.blogspot.com/2011/05/ilmu-pengetahuan-dan-penelitian-ilmiah.html).

Jujun S, Suriasumantri. 1998. Filsafat Ilmu; Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Malamassam, Daud. 2009. Modul Pembelajaran Mata Kuliah Metodologi Penelitian. Makassar: Program Studi Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Universitas Hasanuddin.

Sangadji, Etta Mamang & Sopiah. 2010. Metode Penelitian. Pendekatan Praktis dalam Penelitian. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Suharto, Buana Girisuta, & Arry Miryanti. 2003. Perekayasaan Metodologi Penelitian.Yogyakarta: Penerbit Andi.

Van Meslen. 1985. Ilmu Pengetahuan dan Tanggung Jawab Kita. Jakarta: Gramedia.




Text Box: 13
 

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Ilmu lahir karena manusia diberkahi Tuhan suatu sifat ingin tahu. Keingintahuan seseorang tehadap pemasalahan disekelilingnya dapat menjurus kepada keingintahuan ilmiah (Hamid, 2011). Pengetahuan seseorang tentang masih banyaknya hal yang belum diketahui akan mendorong orang yang bersangkutam untuk mencari tahu, akan mengembangkan kemampuan seseorang dalam memahami dunia sekelilingnya. Proses mencari tahu atau proses mengetahui pada hakikatnya merupakan suatu proses yang berlangsung sepanjang hayat (Malamassam, 2009).
Rasa ingin tahu manusia terbukti ketika terjadi suatu peristiwa baru di sekitarnya. Manusia selalu ingin mengetahui sebab dan akibat (kausalitas) tentang terjadinya peristiwa tersebut. Rasa ingin tahu tersebut akan berdampak positif  bagi berkembangnya suatu ilmu pengetahuan sehingga ilmu pengetahuan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Dalam usahanya untuk memahami lingkungannya (memenuhi rasa ingin tahunya) manusia menggunakan berbagai cara. Beberapa diantara cara tersebut adalah pengalaman, penalaran, dan penelitian (Ardhana, 1987). Oleh karena itu, penelitian di era ini bukanlah hal yang asing lagi. Telah banyak penelitian yang telah dilakukan oleh para ilmuwan. Para ilmuwan tidak langsung puas begitu saja setelah mendapatkan suatu ilmu pengetahuan baru dari hasil penelitiannya melainkan terus berusaha mengembangkan penelitiannya tersebut dan menggali ilmu pengetahuan yang belum diketahuinya.
Text Box: 1Ilmu pengetahuan bukanlah hasil dari kesimpulan logis dari hasil pengamatan namun merupakan kerangka konseptual atau teori yang memberi tempat bagi pengkajian dan pengujian secara kritis oleh ahli-ahli lain dalam bidang yang sama, dengan demikian ilmu pengetahuan dapat diterima secara universal. Ilmu pengetahuan bukanlah kumpulan pengetahuan semesta alam atau kegiatan yang dapat dijadikan dasar bagi kegiatan yang lain, tetapi merupakan teori, prinsip, atau dalil yang berguna bagi pengembangan teori, prinsip, atau dalil lebih lanjut, atau dengan kata lain untuk menemukan teori, prinsip, atau dalil baru melalui penelitian selanjutnya (Basuki, 2006).
Pengetahuan yang benar dapat menunjang upaya-upaya perbaikan kualitas hidup manusia melalui pendayagunaan sumberdaya yang ada secara benar dan bertanggung jawab. Kebenaran suatu ilmu pengetahuan yang diterima oleh seseorang atau oleh sekelompok orang akan tergantung pada sumbernya, cara atau prosedur memperolehnya, dan penafsiran tehadap pengetahuan tersebut berdasarkan pengetahuan yang sudah dimiliki sebelumnya (Malamassam, 2009).
Makna dan manfaat sesuatu ilmu pengetahuan akan sangat tergantung pada orang yang memahaminya (ilmuwan), kemampuan orang yang bersangkutan untuk mendayagunakan ilmu pengetahuan itu, serta kemampuan dan kemauannya untuk mengembangkan ilmu tersebut melalui penelitian yang berkelanjutan (Malamassam, 2009). Oleh karena itu perlu diketahui hakikat ilmu pengetahuan. Dengan dipahaminya ilmu pengetahuan (ilmiah) maka akan mempermudah memahami penelitian dan hubungan antara ilmu pengetahuan dan penelitian.

1.2  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dibuat rumusan masalah, yaitu:
1.    bagaimanakah hakikat ilmu pengetahuan?
2.    bagaimanakah hubungan ilmu pengetahuan dan penelitian?

1.3  Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan pembuatan makalah ini adalah:
1.    mengetahui hakikat ilmu pengetahuan.
2.    memahami hubungan ilmu pengetahuan dan penelitian.


BAB II
PEMBAHASAN
2.1    Hakikat Ilmu Pengetahuan
2.1.1   Pengertian Ilmu
Secara etimologi ilmu berasal dari Bahasa Arab ilm yang berarti memahami, mengerti, atau mengetahui. Dalam Bahasa Inggris ilmu biasanya dipadankan dengan kata science. Dalam bahasa Indonesia kata science (berasal dari bahasa latin dari kata scio, scire yang berarti tahu) umumnya diartikan Ilmu tapi sering juga diartikan dengan Ilmu Pengetahuan, meskipun secara konseptual mengacu pada makna yang sama (Jujun, 1998:39). Dari pengertian yang terdapat dalam KBBI ilmu dapat diartikan sebagai sebuah pengetahuan yang disusun dengan metode tertentu. Menurut para ahli definisi ilmu adalah sebagai berikut.
(1)     Mohammad Hatta menyatakan bahwa ilmu adalah pengetahuan yang teratur tentang pekerjaan hukum sebab-akibat dalam suatu golongan masalah yang sama sifatnya, baik menurut kedudukannya (jika dilihat dari luar) maupun menurut hubungannya (jika dilihat dari dalam).
(2)     M. Izuddin Taufiq, mengemukakan bahwa ilmu adalah penelusuran data atau informasi melalui pengamatan, pengkajian dan eksperimen, dengan tujuan menetapkan hakikat, landasan dasar ataupun asal usulnya.
(3)     Thomas Kuhn, ilmu adalah himpunan aktivitas yang menghasilkan banyak penemuan, baik dalam bentuk penolakan maupun pengembangannya.
(4)     Dr. Maurice Bucaille ilmu adalah kunci untuk mengungkapkan segala hal, baik dalam jangka waktu yang lama maupun sebentar.
(5)     Ns. Asmadi, ilmu merupakan sekumpulan pengetahuan yang padat dan proses mengetahui melalui penyelidikan yang sistematis dan terkendali (metode ilmiah).
Text Box: 3Menurut Hamid (2011) ilmu adalah pengetahuan yang telah teruji kebenarannya melalui metode-metode ilmiah. Oleh sebab itu, ilmu pada hakikatnya adalah pengetahuan ilmiah. Seseorang yang telah memiliki ilmu atau pengetahuan ilmiah dituntut memiliki sifat-sifat terbuka, jujur, teliti, kritis, tidak mudah percaya tanpa adanya bukti-bukti, tidak cepat putus asa dengan pekerjaan atau hasil karyanya.
Menurut Dewey (1933) dalam Ardhana (1987) hakikat ilmu terletak bukan pada simpulan yang dicapai. Melainkan pada metode observai, eksperimentasi, dan penalaran matematikanya.
Menurut Hamid (2011), terdapat persyaratan ilmiah yang harus dipenuhi agar pengetahuan dapat disebut sebagai ilmu, yaitu:
(1)     objektif berarti Ilmu harus memiliki objek kajian yang terdiri dari satu golongan masalah yang sama sifat hakikatnya, tampak dari luar maupun bentuknya dari dalam. Objeknya dapat bersifat ada, atau mungkin ada karena masih harus diuji keberadaannya. Dalam mengkaji objek, yang dicari adalah kebenaran, yakni persesuaian antara tahu dengan objek, sehingga disebut kebenaran objektif, bukan subjektif berdasarkan subjek peneliti atau subjek penunjang penelitian.
(2)     metodis merupakan upaya-upaya yang dilakukan untuk meminimalisasi kemungkinan terjadinya penyimpangan dalam mencari kebenaran. Konsekuensinya, harus ada cara tertentu untuk menjamin kepastian kebenaran. Metodis berasal dari bahasa Yunani metodos yang berarti cara, jalan. Secara umum metodis berarti metode tertentu yang digunakan dan umumnya merujuk pada metode ilmiah.
(3)     sistematis, dalam perjalanannya mencoba mengetahui dan menjelaskan suatu objek, ilmu harus terurai dan terumuskan dalam hubungan yang teratur dan logis sehingga membentuk suatu sistem yang berarti secara utuh, menyeluruh, terpadu, dan mampu menjelaskan rangkaian sebab akibat menyangkut objeknya.
(4)     universal, kebenaran yang hendak dicapai adalah kebenaran universal yang bersifat umum (tidak bersifat tertentu). Contoh: semua segitiga bersudut 180º.


2.1.2 Pengertian Pengetahuan
Secara etimologi, pengetahuan berasal dari Bahasa Inggris knowledge yang berarti pengetahuan. Berdasarkan The Encyclopedia of Phylosophy, Edward (1972) dalam Hamid (2011), pengetahuan adalah kepercayaan yang benar (knowledge is justified true belief). Menurut Notoatmodjo (2007) dalam Hamid (2011), pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini setelah orang melakukan penginderaan terhadap obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagaian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Menurut Ali dan Asrori (2014: 7-8), pengetahuan (knowledge) adalah kumpulan tentang segala sesuatu yang diketahui dan telah dimiliki oleh manusia. Pengetahuan yang dimiliki oleh umat manusia adakalanya bersumber dari pengalaman dan adakalanya dari pikiran. Pengetahuan bersumber dari pengalaman meliputi semua hal  yang dialami baik oleh pancaindra, bahkan ada pula yang bersumber dari intuisi dan kata hati (concience), meskipun pengetahuan yang berasal dari kedua macam sumber yang disebutkan terakhir itu sulit untuk dipelajari. Adapun yang bersumber dari pikiran adalah pengetahuan yang diperoleh melalui proses penalaran.
Menurut Sangadji dan Sopiah (2010), ada 4 cara memperoleh pengetahuan yaitu pengalaman pribadi, modus otorita, penalaran deduktif, dan penalaran induktif.
(1)     Pengalaman pribadi
Ketika menghadapi suatu masalah, manusia akan mencari solusi dengan belajar dari pengalaman masa lalunya. Sebagai contoh, seorang ibu telah mempunyai pengalaman mengobati anaknya dengan suatu ramuan tradisional tertentu saat sakit. Ketika suatu waktu anaknya sakit kembali, maka ibu tersebut akan mengobati anaknya dengan ramuan yang sama.
(2)     Modus otorita
Jika orang yang mempunyai wewenang atau pengetahuan tertentu memberikan penjelasan, wajar orang lain mendengar dan mempercayainya. Sebagai contoh, penjelasan seorang dokter tentang suatu penyakit akan dipercaya pasiennya. Begitu pula, guru yang mengajar di kelas akan dipercaya muridnya.
(3)     Penalaran deduktif
Dimulai dari hal-hal yang bersifat umum menuju hal yang khusus. Penalaran deduktif disebut juga silogisme, dan digunakan untuk menguji suatu kesimpulan. Silogisme terdiri atas 3 hubungan, yaitu: premis mayor, premis minor, dan kesimpulan. Sebagai contoh, premis mayor: semua makhluk hidup akan mati. Premis minor: manusia adalah makhluk hidup. Kesimpulan: semua manusia akan mati.
(4)     Penalaran induktif
Dalam penalaran induktif pencarian pengetahuan dimulai dengan observasi terhadap hal-hal khusus atau fakta konkret menuju hal-hal yang umum.

2.1.3        Pengertian Ilmu Pengetahuan
Ilmu pengetahuan adalah kumpulan dari pengalaman dan pengetahuan sejumlah orang yang kemudian dipadukan secara harmonis dalam suatu bangunan yang teratur. Orang dapat mengambil manfaat sebesar-besarnya dari ilmu pengetahuan justru oleh karena ilmu pengetahuan disusun dari pengalaman-pengalaman dan pengetahuan yang sudah diuji kebenarannya (Sutrisno, 2000).
Ilmu pengetahuan dapat didefinisikan baik sebagai suatu hasanah pengetahuan yang terorganisasikan maupun sebagai suatu metode dan sistem untuk menurunkan kebenaran. Tujuan pokok ilmu pengetahuan adalah pengumpulan dan klasifikasi pengalaman dan pensistemikan pengalaman tersebut ke dalam sejumlah kecil sistem pengetahuan yang luas, yaitu melalui suatu kerangka kerja terstruktur. Berdasarkan kerangka kerja inilah arti fenomena dapat dipahami (Ardhana, 1987).
Syarat Ilmu Pengetahuan sebagaimana pendapat Vardiansyah (2008) dalam bukunya Filsafat Ilmu Komunikasi, bahwa ilmu pengetahuan ilmiah harus memenuhi tiga syarat, yaitu:
(1)     sistematik, yaitu merupakan kesatuan teori-teori yang tersusun sebagai suatu sistem.
(2)     objektif atau intersubjektif, yaitu teori tersebut terbuka untuk diteliti oleh orang lain/ahli lain, sehingga hasil penelitian bersifat universal.
(3)     dapat dipertanggung jawabkan, yaitu mengandung kebenaran yang bersifat universal, dengan kata lain dapat diterima oleh orang-orang lain atau ahli-ahli lain.
Van Meslen (1985), mengemukakan beberapa ciri  yang menandai ilmu pengetahuan yaitu: (1) ilmu pengetahuan secara metodis harus mencapai suatu keseluruhan yang secara logis koheren, berarti adanya sistem dalam penelitian (metode) maupun harus (susunan logis), (2) ilmu pengetahuan tanpa pamrih, karena hal itu erat kaitannya dengan tanggung  jawab ilmuwan, (3) universalitas ilmu pengetahuan, (4) objektivitas, artinya setiap ilmu terpimpin oleh objek dan tidak didistorsi oleh prasangka-prasangka subjektif, (5) ilmu pengetahuan harus dapat diverifikasi oleh semua peneliti ilmiah yang bersangkutan, karena itu ilmu pengetahuan harus dapat dikomunikasikan, (6) progresivitas artinya suatu jawaban ilmiah baru bersifat ilmiah sungguh-sungguh, bila mengandung pertanyaan-pertanyaan baru dan menimbulkan problem-problem baru lagi, (7) kritis, artinya tidak ada teori ilmiah yang definitif, setiap teori terbuka bagi suatu peninjauan kritis yang memanfaatkan data-data baru, (8) ilmu pengetahuan harus dapat digunakan sebagai perwujudan kebertautan antara teori dengan praktis.

2.1.4 Hubungan Ilmu (Science) dan Pengetahuan (Knowledge)
Ilmu berbeda dengan pengetahuan. Semua ilmu adalah pengetahuan namun pengetahuan tidak selalu ilmu. Pengetahuan memberikan kewenangan (authority) dan komitmen (Suharto, dkk., 2003).
Ilmu (science) berhubungan dengan pengetahuan (knowledge). Setiap ilmu merupakan pengetahuan, namun tidak semua pengetahuan adalah ilmu. Hal ini disebabkan karena adanya pengetahuan-pengetahuan yang tidak ilmiah, misalnya mitos. Contohnya: mitos orang Jawa tentang peristiwa terjadinya pelangi yang dikatakan sebagai tangga menuju pemandian bagi dewi-dewi khayangan. Adapun hujan yang acapkali rintik-rintik dikatakan sebagai air mata dewi-dewi tadi yang menangisi salah seorang dewi yang tertinggal di bumi dan tidak bisa kembali ke khayangan karena selendangnya diambil maling yang mengintip mereka sewaktu mandi. Kisah ini merupakan pengetahuan tipe mitos yang tetap hidup dan bermanfaat, namun bukan ilmu dan tidak ilmiah (Hamid, 2011).
Ketika menambah ilmu, pasti menambah pengetahuan, tetapi jika menambah pengetahuan belum tentu menambah ilmu. Ilmu akan bertambah apabila pengetahuan bertambah, dan pengetahuan akan menjadi tidak berguna saat tidak mempunyai ilmu. Ilmu adalah hal yang didapat setelah mengimplementasikan pengetahuan yang diterima. Ilmu adalah praktek dari pengetahuan. Ilmu adalah sekumpulan pengetahuan atau fakta yang tersusun secara logis dan sistematis dan dapat diukur serta diuji kebenarannya. Untuk mendapatkan ilmu diperlukan pengetahuan, demikian juga untuk memperoleh pengetahuan dibutuhkan juga ilmu. Jadi hubungan ilmu dan pengetahuan sangat erat, karena antara ilmu dan pengetahuan sulit untuk dipisahkan (Hamid, 2011).

2.2 Hubungan Ilmu Pengetahuan dan Penelitian
2.2.1 Pengertian Penelitian
Penelitian merupakan salah satu cara manusia menemukan kebenaran. Penelitian merupakan suatu penyelidikan secara sistematik, terkontrol, empirik, dan kritis mengenai proporsi hipotesis mengenai hubungan yang diperkirakan ada antara gejala-gejala ilmiah (Ardhana, 1987).
Penelitian merupakan penyelidikan sistematis terhadap masalah tertentu dengan menggunakan metode ilmiah dan mengumpulkan bukti yang cukup representatifsebagi dasar utnuk menarik kesimpulan. Peneliti menggunakan nalaran logis dan menghindari keraguan dalam menarik kesimpulan. Penelitian adalah proses pemunculan masalah dan menemukan atau menjawab masalah (Malhotra, 2006 dalam Sangadji dan Sopiah, 2010).
Penelitian adalah pencarian atas sesuatu (inquiry) secara sistematis dengan penekanan bahwa pencarian ini dilakukan terhadap masalah-masalah yang dapat dipecahkan (Parsons, 1946 dalam Hamid, 2011). Penelitian adalah suatu pencarian fakta menurut metode objektif yang jelas untuk menemukan hubungan antar fakta dan menghasilkan dalil atau hukum (John, 1949 dalam Hamid, 2011).
Hakikat penelitian adalah kegiatan ilmiah untuk memperoleh pengetahuan yang benar tentang suatu masalah. Pengetahuan yang diperoleh berupa fakta konsep generalisasi dan teori yang memungkinkan manusia dsapat memahami fenomena dan memecahkan masalah yang dihadapi (Sangadji dan Sopiah, 2010).
Menurut kamus Webster’s new International, penelitian adalah penyelidikan yang hati-hati dan kritis dalam mencari fakta dan prinsip-prinsip, yaitu suatu penyelidikan yang amat cerdik untuk menetapkan sesuatu. Menurut ilmuwan Hillway (1956) dalam Hamid (2011) penelitian tidak lain dari suatu metode studi yang dilakukan seseorang melalui penyelidikan yang hati-hati sempurna terhadap suatu masalah, sehingga diperoleh pemecahan yang tepat terhadap masalah tersebut. Whitney (1960) dalam Hamid (2011) menyatakan bahwa disamping untuk memperoleh kebenaran, kerja menyelidik harus pula dilakukan secara sungguh-sungguh dalam waktu yang lama. Dengan demikian penelitian merupakan suatu metode untuk menemukan kebenaran, sehingga penelitian juga merupakan metode berpikir secara kritis.
Berdasarkan definisi penelitian, maka nyata bahwa penelitian adalah suatu penyelidikan yang terorganisasi. Penelitian dapat diartikan sebagai pencarian pengetahuan dan pemberi artian yang terus menerus terhadap sesuatu. Penelitian juga merupakan percobaan yang hati-hati dan kritis untuk menemukan sesuatu yang baru. Penelitian dengan menggunakan metode ilmiah (scientific method) disebut penelitian ilmiah (scientific research). Dalam penelitian ilmiah ini selalu ditemukan dua unsur penting, yaitu unsur observasi (pengamatan) dan unsur nalar (reasoning) (Ostle, 1975 dalam Hamid, 2011).  Unsur pengamatan merupakan kerja dengan mana pengetahuan mengenai fakta-fakta tertentu diperoleh melalui kerja mata (pengamatan) dengan menggunakan persepsi (sense of perception) (Hamid, 2011).
Masalah yang akan dijawab melalui penelitian disebut masalah penelitian. masalah peneltiian bisa disebebkan banyak hal. Masalah muncul karena manusia mengalami kesulitan dalam hidup yaitu adanya ketidaksesuaian atau kesenjangan antara yang diharapkan dengan kenyataan yang aktual. Sebagai contoh, seorang mahasiswa yang tinggal ditempat kos setiap bulan harus mengelola keuangannya serta menghadapi banyak kebutuhan sementara jumlah dana yang dimilikki jumlahnya terbatas. Permasalahannya adalah cara mengelola keuangan dengan baik agar semua kebutuhan dapat terpenuhi dengan dana terbatas (Sangadji dan Sopiah, 2010).
Menurut Ardhana (1987), penelitian memiliki tiga ciri pokok, yaitu:
(1)     penelitian bersifat sistematik dan terkontrol, yang mendasarkan cara kerjanya pada metode induktif dan deduktif.
(2)     penelitian bersifat empirik, artinya dalam usaha menguji kesahihan, penelitian berpaling pada pengalaman.
(3)     penelitian bersifat mengoreksi diri sendiri, artinya metode ilmiah bukan saja telah membangun mekanisme untuk melindungi peneliti dari kemungkinan membuat kesalahan, sejauh ang bisa dilakukan manusia, akan tetapi prosedur dan hasil-hasilnya selalu terbuka untuk diperiksa orang lain.
Sebagai kesimpulan dapat dikatakan bahwa penelitian merupakan perpaduan antara pengalaman dan penalaran dan harus dianggap sebagai pendekatan yang paling berhasil dalam menemukan kebenaran, khususnya ilmu alamiah (Ardhana, 1987).

2.2.2 Hubungan Ilmu Pengetahuan dan Penelitian
Ilmu dan penelitian mempunyai hubungan yang sangat erat. Menurut Almack (1930) dalam Hamid (2011), hubungan antara ilmu dan penelitian adalah seperti hasil dan proses. Penelitian adalah proses, sedangkan hasilnya adalah ilmu.
Penelitian merupakan suatu kegiatan yang salah satu tujuannya adalah mengembangkan pengetahuan sedangkan ilmu merupakan bagian pengetahuan yang mememnuhi kriteria tertentu yaitu rasional dan teruji. Pengetahuan dikatakan rasional jika disusun menggunakan pikiran dan pertimbangan yang logis dan masuk akal pengetahuan yang disusun dengan logika tertentu sering disebut pengetahuan yang menggunakan penalaran. Karaktristik pengetahuan rasional adalah menggunakan logika atau penalaran tertentu dalam membuat kesimpulan (Berenson dan Colton, 2002 dalam Sangadji dan Sopiah, 2010). Pengetahuan teruji adalah pengetahuan yang disusun berdasarkan fakta atau fenomena. Fakta dapat berupa kejadian atau segala sesuatu yang dialami dalam kehidupan nyata atau tertangkap oleh pengalaman hidup manusia (Malhotra, 2006 dalam Sangadji dan Sopiah, 2010).
Penelitian telah didefinisikan sebagai pencarian secara sistematik, obyektif, dan cermat. Setiap kegiatan sistematik dan terpelajar yang dirancang untuk meningkatkan ilmu pengetahuan (Ardhana, 1987).

























BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Berdasarkan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut.
(1)     Ilmu pada hakikatnya adalah pengetahuan ilmiah. Hakikat ilmu terletak bukan pada simpulan yang dicapai. Melainkan pada metode observai, eksperimentasi, dan penalaran matematikanya.Tujuan pokok ilmu pengetahuan adalah pengumpulan dan klasifikasi pengalaman dan pensistemikan pengalaman tersebut ke dalam sejumlah kecil sistem pengetahuan yang luas, yaitu melalui suatu kerangka kerja terstruktur. Berdasarkan kerangka kerja inilah arti fenomena dapat dipahami.
(2)     penelitian adalah suatu penyelidikan yang terorganisasi. Penelitian dapat diartikan sebagai pencarian pengetahuan dan pemberi artian yang terus menerus terhadap sesuatu. Penelitian juga merupakan percobaan yang hati-hati dan kritis untuk menemukan sesuatu yang baru. Ilmu pengetahuan dan penelitian mempunyai hubungan yang sangat erat. Hubungan antara ilmu pengetahuan dan penelitian adalah seperti hasil dan proses. Penelitian adalah proses, sedangkan hasilnya adalah ilmu pengetahuan.

3.2 Saran
Saran yang diberikan penulis adalah sebagai berikut.
(1)     Mahasiswa sebaiknya memahami terlebih dahulu hakikat ilmu pengetahuan sebelum melakukan penelitian.
(2)     Mahasiswa diharapkan mampu melaksanakan penelitian dengan baik.
(3)     Dibutuhkan kerjasama yang baik antara mahasiswa dan dosen dalam melaksanakan penelitian.






Text Box: 12
 
DAFTAR RUJUKAN

Ali, Mohammad & Muhammad Asrori.2014. Metodologi & Aplikasi Riset Pendidikan.Bandung: Bumi Aksara.

Ardhana, Wayan. 1987. Bacaan Pilihan dalam Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.

Basuki, Heru. 2006. Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu Kemanusiaan dan Budaya.Jakarta: Tanpa Penerbit.

Dani,Vardiansyah. Filsafat Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Jakarta: Indeks.

Hadi, Sutrisno. 2000. Metodologi Research. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Hamid, Sudihati. 2011. Modul Ilmu Pengetahuan dan Penelitian Ilmu. (Online, http://gz316pdg.blogspot.com/2011/05/ilmu-pengetahuan-dan-penelitian-ilmiah.html).

Jujun S, Suriasumantri. 1998. Filsafat Ilmu; Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Malamassam, Daud. 2009. Modul Pembelajaran Mata Kuliah Metodologi Penelitian. Makassar: Program Studi Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Universitas Hasanuddin.

Sangadji, Etta Mamang & Sopiah. 2010. Metode Penelitian. Pendekatan Praktis dalam Penelitian. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Suharto, Buana Girisuta, & Arry Miryanti. 2003. Perekayasaan Metodologi Penelitian.Yogyakarta: Penerbit Andi.

Van Meslen. 1985. Ilmu Pengetahuan dan Tanggung Jawab Kita. Jakarta: Gramedia.




Text Box: 13
 

2 comments:

  1. Mystino Slots - Play Slots Online | Casino in JP
    Mystino is a slot ミスティーノ game from Microgaming that was released in 2019 and has a RTP of bk8 94.55%. Read everything about Mystino here! 10bet

    ReplyDelete
  2. Harrah's Casino and Hotel - Jordan 10 Retro Outlet
    Harrah's Casino and Hotel, owned by Vici Properties, Inc., is where can i buy air jordan 18 retro yellow an indian casino and where to get air jordan 18 stockx hotel located in West Virginia. air jordan 18 retro men red It is located in where can i buy air jordan 18 retro men West Virginia and how to buy air jordan 18 retro yellow suede is

    ReplyDelete